BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID — Amiluddin (55) warga yang viral karena meninggal dunia usai perekaman e-KTP di Disdukcapil Bulukumba, belakangan diketahui adalah seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI). Keluarga Amiluddin mengungkapkan, almarhum baru satu minggu berada di kampung halamannya di Kelurahan Tanah Jaya Kecamatan Kajang. “Almarhum sudah dalam keadaan sakit. Pulang ke kampung untuk berobat,” kata Siti Nurming, sepupu Amiluddin.
Amiluddin sudah 20 tahun menetap dan bekerja di Malaysia. Karenanya saat pulang ke kampung halaman ia tidak memiliki KTP dan kartu kependudulan lainnya.
Fenomena seperti ini kerap terjadi di sejumlah daerah yang menjadi kantong-kantong pekerja migran. Hal ini diakui Kepala Badan Perlindungan Pekera Migran Indonesia (BP2MI) Wilayah Sulsel Mohd. Agus Bustami. Saat ditemui RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID di Desa Salassae, Mohd. Agus Bustami menjelaskan, hampir setiap hari ia mendapatkan laporan mengenai Pekerja Migran Indonesia dengan beragam persoalan. Andai BP2MI mengetahui ada pekerja migran yang sakit di luar negeri, ia katanya akan segera berkoordinasi dengan tim yang ada di negara tersebut untuk mengurus yang bersangkutan.
“Tolong kalau ada keluarga Anda, tetangga atau mendengar ada warga yang bekerja di luar negeri butuh bantuan karena sakit atau masalah lainnya. Lapor ke kami. BP2MI dibentuk negara untuk memberikan perlindungan. Andai masalah ini kami ketahui lebih awal bisa dilakukan langkah-langkah antisipatif,” jelasnya.
Agus juga berharap bisa bekerjasama dengan pemerintah daerah terutama kabupaten/kota yang menjadi kantong pekerja migran seperti Bulukumba. “Ada 1,1 juta orang Sulsel di Malaysia. hampir separuhnya adalah orang dari Bulukumba yang sudah kawin mawin dan memiliki keturunan di sana,” ungkapnya.
Persoalan identitas para pekerja migran berupa administrasi kependudukan adalah problem yang selalu terjadi hingga saat ini. BP2MI berharap ada kerja-kerja kolaboratif dengan pemerintah setempat untuk menangani persoalan ini. Di Bulukumba, BP2MI bekerjasama dengan Barikade 98 yang anggotanya adalah aktivis 98 untuk melakukan pendampingan pekerja migran Indonesia dan komunitas yang sudah terlatih seperti KSPS Salassae. “Silakan laporkan segera jika menemukan masalah-masalah terkait pekerja migran Indonesia,” tegasnya. (nad)