Tradisi Massiara, Cermin Silaturrahim Masyarakat Sulsel di Hari Raya Idul Fitri

  • Bagikan
Laporan: Jawil, S.Pd.I, Jurnalis Warga Bulukumba, Pegiat Dakwah

Sebuah keakraban sejak zaman dahulu kala hingga sekarang ini terus terjaga di tengah-tengah masyarakat Bugis Makassar khususnya di Kabupaten Bulukumba, Kecamatan Bulukumpa. Suasana keakraban dan kekeluargaan yang sangat kental ini, terbentuk dari kedekatan lahir batin. Perekat kedekatan ini terjalin kuat karena diusung kedekatan yang sangat karib. Ada bentuk kedekatan kekerabatan, emosional, dan begitupun kekerabatan dalam dimensi sosial (Hablum minannash).   
Dengan hadirnya Bulan Suci Ramadhan maka inilah cikal bakal yang menjadi bagian penting dari sebuah momen.  Sehingga bukan saja menjadi segmen ibadah puasa belaka melainkan sebuah sesi yang mengantarkan ummat Islam mencapai derajat tattaqun (puncak derajat taqwa) dan itu dapat dimaknakan di akhir Ramadhan.
Di akhir ramadhan terdapat budaya mudik (pulang kampung). Saat itulah para kerabat keluarga yang tinggal atau bekerja di kampung orang melakukan mudik (baca: kumpul keluarga) dan saat itu dijadikan sebagai momen untuk menantikan lebaran terlaksana saat menjalankan ibadah sholat idul Fitri.  
Ada hal yang takkala menarik, ketika pergantian bulan ramadhan (bulan ke-9 H) ke Bulan Syawal, terdapat sebentuk momentum berharga di hari pertama bulan ke-10 hijriah tersebut. Apa gerangan yang amat berharga itu ?
Ternyata ada dua dimensi yakni: massiara kuburu' (Siara Kubur) dan yang kedua tradisi saling kunjung mengunjungi antar kerabat keluarga. Lazimnya giat massiara kuburu' adalah kunjungan ke pekuburan sanak keluarga dan mendoakan mereka yang telah dikebumikan di tempat tersebut. Yang kedua, massiara ke rumah keluarga yang masih hidup. Ini dikenal dengan ajang silaturahim keluarga. Saat ajang silaturahim (baca: massiara) tersebut digelar maka yang paling umum kita dapat simak adalah saling bersalaman dan berjabat tangan tanda saling memaafkan. Sehingga dengan demikian kesempatan saling memberi maaf dapat terpenuhi.
Tujuan lain massiara adalah saling mengharap agar dapat memeroleh keringanan atas kesalahan, dosa atau kekhilafan (antar sesama) bisa diampuni dan dimaafkan. Dan atas perihal tersebut mungkin saja pernah terjadi kesalahan pahaman antara person to person, head to head, or heart to heart.
Maka momentum "massiara" atau silaturrahim terutama kedua orang tua yang masih hidup sangat penting untuk disiarahi. Apatahlagi saat momen hari raya Idul Fitri maka terbukalah ajang silaturahim paling sedikitnya untuk memperbaharui ikatan persaudaraan atau kekerabatan diantara keluarga dan sesama ummat pada umumnya. Akhirnya budaya massiara adalah bagian yang amat penting untuk kita jaga sebagaimana menjaga silaturrahim. ***

  • Bagikan