Wabup Bantaeng Geram ke PT. Huadi, Sahabuddin: Angkat Kaki Ajalah Sekarang

  • Bagikan
Papan nama PT. Huadi Nickel Alloy

BANTAENG, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Wakil Bupati Bantaeng, H. Sahabuddin geram dengan adanya dugaan tindak kekerasan yang dilakukan oleh petugas keamanan di PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia (PT HNAI) beberapa waktu lalu. 
Dalam satu kesempatan, Sahabuddin mengaku PT HNAI sudah melanggar komitmen awal sewaktu hendak masuk ke Bantaeng.
Menurutnya, kejadian yang menimpa warga hingga tewas tidak dibenarkan. Kendati mengalasankan itu adalah pencurian, namun sepantasnya ada mekanisme yang harus dijalankan.
"Kejadian ini bukan kejadian biasa lagi (sudah luar biasa) karena sudah menghilangkan nyawa. Kalau memang ada pelanggaran hukum yah tuntaskan itu. Saya melihat ini ada dua kasus sekaligus, pertama dianggap mencuri dan kasus kedua yakni dugaan penganiayaan (oknum pengamanan) sampai ada yang meninggal. Apalagi kakek-kakek," katanya.
"Kalaupun itu mencuri, apa sebabnya, jangan sampai karena mereka tidak makan. Ini tanggung jawab kita bersama, pemerintah dan juga perusahaan di sana. Lagipula ini kan bukan barang yang begitu penting bagi perusahaan, ini kan limbah, limbah itu sampah yang sudah dibuang. Ini juga harus jelas, apa yang dicuri kan. Kalau itu sampah kan konyol juga dianggap mencuri," sambungnya.
Mantan Ketua DPRD Bantaeng itu menyebut, jika kasus ini digiring ke kasus pencurian sementara hanya mengambil limbah di kawasan Huadi, hal itu tidak salah. Sebab sumber penghidupan masyarakat setempat sudah tidak ada lagi. 
"Kan lucu juga pihak perusahaan besar baru ada masyarakat sekitar yang menderita sampai harus mati kelaparan. Dan Itu sudah menyalahi komitmen awal, kebetulan saat itu saya di DPRD dan pak Nurdin Abdullah bupatinya, komitmennya bahwa kehadiran Huadi ini memberikan kesejahteraan dan keamanan bagi masyarakat. Nah kalau yang ada sekarang ini mereka tidak menjamin kehidupan dan kesejahteraan bagi masyarakat di sekitar perusahaan, bahkan ada yang mati kelaparan, kan itu sudah bertentangan dengan komitmen dan perjanjian awal, terus untuk apa kita pertahankan? Angkat kaki ajalah sekarang," tegasnya.
Sahabuddin mengaku sedih setelah mendapat informasi bahwa Nuru Sali (72) meninggal dengan luka di sekujur tubuh usai mulung serpihan besi di kawasan pembuangan limbah slag PT HNAI.
"Saya menangis kemarin dapat informasi ada lagi yang meninggal di kawasan huadi. Ini parah bener ini," katanya.
"Memang saat itu kami mengundang supaya investor datang ke Bantaeng, tetapi kehadirannya tentu ada harapan bahwa menjamin kesejahteraan masyarakat, kedua ada PAD dalam rangka pertumbuhan ekonomi. Tapi kalau kesejahteraan tidak dipenuhi, yah kita dukung bahkan percepat proses kalau mau angkat kaki dari Bantaeng," jelas dia.
Kehadiran PT Huadi, kata dia, paling tidak memberi dampak positif bagi masyarakat. Kemudian dari sisi serapan tenaga kerja, harusnya masyarakat Bantaeng lebih banyak. Sahabuddin menyebut, PT HNAI tidak terbuka soal data statistik pekerja lokal Bantaeng.
"Nah ini, soal tenaga kerja informasinya kita lebih banyak pekerja dari luar dibandingkan pekerja dari Bantaeng. Kita sebagai pemerintah, meminta data cuman mereka omong doang, yang jawabannya iya pak banyak orang Bantaeng, tapi kan nda pernah kita disajikan data dan nda pernah kita diperlihatkan bahwa ini lah orang-orang Bantaeng," ujar dia.
"Orang semakin curiga kan ada apa ini di pabrik ini, jangan-jangan yang di dalam itu juga orang luar negeri semua yang bekerja. Kita saja mau masuk itu susah bener, apalagi kalau mau minta data," sambungnya berkelakar.
Dia kembali menegaskan, jika saja PT HNAI tak mau buka-bukaan soal data kesejahteraan bagi masyarakat sekitar, maka sebaiknya perusahaan pemurnian smelter tersebut pindah saja dari Bantaeng.
"Kalau begini kan udahlah, kita total ajalah, angkat kaki sajalah dari Bantaeng. Kalau mau pindah yah kita bantu sajalah pindahnya supaya prosesnya bisa cepat daripada kau siksa masyarakat kita. Dari pihak kami pemerintah, sudah berulang kali disampaikan (terkait evaluasi dampak bagi masyarakat)," ujarnya.
Apalagi soal dampak, dia menyebut PT HNAI harus segera berbenah agar dampak positif bisa dirasakan masyarakat. Bukan malah sebaliknya.
"Saya akan investigasi juga di lapangan, bahwa informasi yg saya dapatkan, sumber penghidupan mereka hilang. Di sana kan ada dua dusun, Dusun Mawang dan Dusun Balla Tinggia itu habis sumber penghidupan. Dampak lain (selain sumber mata pencaharian), itu ada juga dampak kesehatan karena debu, aroma, asap yang itu sudah jelas tidak aman bagi warga. Termasuk getaran dan bisingnya. Aromanya itu kan luar biasa sangat mengganggu," ujarnya.
"Tapi kami pemerintah sudah bahas dengan pihak Huadi dan warga terkait persoalan dampak getaran, bising, aroma, asap dan debu itu, kesimpulannya agar pihak Huadi memperbaiki hal itu. Tapi sampai sekarang tdk ada tindak lanjutnya. Itu bukti bahwa mereka (huadi,) tidak kooperatif. Kalau memang ada kepedulian, pasti ada upaya untuk mempertanggungjawabkan," pungkasnya.
Seperti diketahui, PT HNAI selalu disoal dari sisi rekrutmen tenaga kerja bagi masyarakat lokal, ancaman kesehatan masyarakat, dan terbaru adanya dugaan kekerasan oleh oknum Brimob yang bertugas sebagai pengamanan di perusahaan. Seorang kakek meninggal dunia saat mulung di pembuangan limbah perusahaan. Terkait dugaan tindakan represif dari oknum Brimob, Kapolres Bantaeng, AKBP Andi Kumara menyebut bahwa Polda Sulsel akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu.
"Sikap Polda Sulsel yang pertama ikut berbela sungkawa. Polda akan melakukan pemeriksaan terhadap anggota yang jaga yang diduga melakukan tindakan di luar prosedur Polri. Sembari menunggu hasil otopsi korban meninggal dunia, bila keluarga berkenan untuk diotopsi untuk membuktikan apakah ada tindakan kekerasan atau karena jatuh karena sudah berumur, Polda akan bantu untuk menyelidiki kasus ini," ujar AKBP Andi Kumara belum lama ini. (sid/has/B)

  • Bagikan