BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID — Kesekian kalinya pelayanan medis yang dilakukan pihak Rumah Sakit Sultan Daeng Radja, Kabupaten Bulukumba, kembali menuai sorotan dari pihak keluarga pasien.
Bukannya mendapatkan perawatan serius, seorang pasien bernama Zulkifli Mustari, Warga Kelurahan Caile, Kecamatan Ujungbulu, malah disuruh kembali kerumahnya.
Zulkifli dilarikan ke UGD Sultan Daeng Radja, pada Kamis 23 Juni 2022, sekitar pukul 14.00 wita karena dua hari terakhir kondisinya lemas disertai demam tinggi juga dibagian lidahnya terdapat infeksi.
Sayangnya saat dilarikan ke UGD, pihak keluarga merasa tak mendapatkan kejelasan akan perawatan pasien, dimana mereka hanya diminta kembali kerumah dan melakukan pemeriksaan di salah satu klinik di Kota Bulukumba.
Ana yang merupakan saudara pasien, saat ditemui RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID dikediamannya, di Kompleks BTN Tirta, menceritakan tak tahu menahu sampai kakaknya di diagnosa mengalami ganguan kejiwaan. Padahal saat itu, tak ada perawatan berarti serta pemeriksaan lengkap yang dilakukan pihak medis.
“Tidak dinfus dan diobservasinya begitu-begitu ji, padahal kakak saya lemas, memang bicara tapi kaya ngigau, kita kasi masuk di UGD karena kondisinya yang kami khawatirkan, harusnya kan ditangani serius bukan disuruh pulang, itu malah disuruh ke klinik,”ceritanya.
Dia mengaku kalau sang kakak hanya diberikan obat penenang yang baru bisa dikonsumsi pada malam hari.
“Aneh saya rasa biasanya hasil diagnosa itu berhari-hari baru keluar hasilnya, ini tidak ada pemeriksaan lengkap langsung dibilang ada ganguan kejiwaan, “terangnya Kamis malam 23 Juni 2022.
Iapun berharap agar kejadian serupa tak dialami warga lainnya, dimana setiap pasien yang dilarikan masuk ke UGD seharusnya di observasi dengan baik sehingga tidak prematur dalam mengdiagnosa pasien.
“Kami butuh penjelasan yang logic sebenarnya kenapa sampai kakak saya dikatakan ada ganguan kejiwaan, tapi sudahlah dokter pasti selalu benar dan merasa sudah sesuai SOP, kita ini kan orang awam ,”kesalnya.
Terakhir, dia menyebutkan terdapat keganjalan dimana dia diminta untuk pulang mengurus rujukan di klinik 35 untuk selanjutnya pada Jumat 24 Juni 2022 dilakukan pemeriksaan di poli jiwa.
“Saya cari info ternyata hari jumat itu tidak ada pemeriksaan poli jiwa di RSUD tapi jadwalnya selasa dan rabu, harusnyakan biarkan kakak saya dirawat dulu lah, diperiksa baik-baik dulu jangan sampai ada penyakit lain, karena tidak mau makan kan dan kadang tiba-tiba demam,”tutupnya.
Sementara itu, Plt Direktur RSUD Sultan Daeng Radja, dr Rizal, membantah jika pihaknya tak melakukan penanganan bahkan oleh pemeriksaan dokter rencana pasien akan dikonsultasikan ke psikiater.
“Ini pasien sering bicara sendiri, saat masuk pasien itu tak ada psikiater ndik, Jadi saat di observasi oleh dokter katanya pasien sedang bicara dengan neneknya, padahal neneknya sudah meninggal,”katanya.
Dikatakan bahwa saat di UGD pihak keluarga telah mendapatkan penjelasan dari pihak dokter tentang diagnosa dan rencana penanganan selanjutnya.
“Jadi dokter sarankan untuk ambil rujukan dulu dari faskes pertama untuk ke poli psikiatri RSUD. Mohon maaf kalo ada kekurangan kami, dokter kami sudah melayani sesuai protokol penanganan,”tutupnya (faj)