Buku antologi yang diberi judul "Wasiat Botinglangi", memuat karya 100 penyair Indonesia. Di antaranya termasuk empat penyair asal Kabupaten Bulukumba.
Empat penyair Bulukumba tersebut yakni Alfian Nawawi, Abdul Karim, DianSi dan Suhartini.
Dengan wawasan keindonesiaan, para penyair telah berupaya mengekspresikan wawasan pribadi dengan referensi budayanya yang melintasi batas-batas etnisnya.
Buku antologi puisi 100 penyair Indonesia "Wasiat Botinglangi" diinisiasi dan diterbitkan melalui kerja apik kolaborasi antara Perpustakaan Komunitas Iqra (Takanitra) Barru, RBCD Parepare, YBUM Parepare, dan Rumah Puisi Parepare.
Untuk mendapatkan 100 penyair menulis puisi kearifan lokal Sulawesi Selatan, panitia mengundang para penulis atau penyair mengirimkan puisi.
Tri Astoto Kodarie yang dikenal penyair Indonesia asal Parepare yang juga salah satu kurator menjelaskan, panitia menerima 117 penyair yang mengirim untuk dikurasi.
Setelah dipilih, hanya 100 penyair yang dinilai layak masuk antologi puìsi Wasiat Botinglangi.
Mewakili para kurator, Tri Astoto Kodarie menjelaskan bahwa tidak semudah yang dibayangkan untuk menulis puisi tematik.
"Tidak semudah yang dibayangkan untuk menulis puisi tematik. Demikian pula dengan puisi bertema Budaya Sulawesi Selatan. Namun dengan wawasan keindonesiaan, para penyair telah berupaya dengan pandangan dan referensi budayanya telah melintasi batas-batas etnisnya sendiri," ungkap Tri Astoto Kodarie.
Sementara itu, salah satu editor buku ini, Badaruddin Amir mengungkapkan bahwa ini pertanda positif.
"Ini merupakan sinyal positif bahwa etnis dan kultur di Indonesia saling memperkuat membentuk akar kebudayaan nasional yang adiluhung itu," ungkap Badaruddin Amir melalui sebuah posting online di akun media sosialnya.
Badaruddin Amir juga mengatakan bahwa antologi puisi ini unik.
"Antologi puisi nilai-nilai budaya Sulawesi Selatan yang berjudul 'Wasiat Botinglangi' ini tentu merupakan antologipuisi yang unik," ujarnya.
Menurut Badaruddin Amir yang juga penyair ini, keunikannya tampak dari pemilihan tema “nilai-nilai budaya” yang ada di Sulawesi Selatan.
Meskipun tentu saja Antologi puisi ini bukanlah satu-satunya antologi puisi yang pernah terbit di Sulawesi Selatan.
"Namun dalam pemilihan tema dan keluasan bingkai acuan (frame of reference) dari penyumbang karya berbagai etnis dan daerah nusantara, mungkin memang dapat disebut bahwa buku ini adalah satu-satunya buku yang terbit mengusung “nilai-nilai budaya Sulawesi dalam bentuk literasi sastra: puisi," urainya. (*)