24 Orang Terjangkit HIV, Jangan Malu Berobat 

  • Bagikan
Gambar ilustrasi/Pixabay

BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Angka penderita HIV di Kabupaten Bulukumba masih cukup tinggi. Dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bulukumba sudah terdapat 24 orang yang terdeteksi terjangkit hingga Juni 2022.

Kepala Dinkes Bulukumba, Hj Umrah Asnawi memaparkan bahwa dari 24 orang yang terjangkit HIV itu di antaranya 7 perempuan dan 17 laki-laki.

"Perempuan umur 15 sampai 19 tahun satu orang, umur 25 sampai 49 tahun lima orang, dan umur 50 tahun ke atas satu orang," urainya saat dikonfirmasi RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID, Kamis, 14 Juli 2022.

"Sementara laki-laki, umur 20 sampai 24 tahun tiga orang, umur 25 sampai 49 tahun 12 orang dan umur 50 tahun ke atas dua orang," tambahnya.

Lebih lanjut Umrah menjelaskan bahwa dari penderita HIV yang tercatat itu terdiri dari kelompok risiko antara lain wanita pekerja seksual (WPS) sebanyak 3 orang dan lelaki seks lelaki (LSL) sebanyak 4 orang.

Selanjutnya pasangan Risti 3 orang, pelanggan pekerja seksual terdapat 9 orang dan lainnya 1 orang.

Sementara untuk tahun 2021 terdapat 34 orang penderita di antaranya perempuan 11 orang, laki-laki terdapat 23 orang.

Umrah mengatakan bahwa penularan HIV salah satunya karena perilaku seks yang tidak sehat, sehingga ia mengimbau kepada masyarakat untuk menghindari perilaku seks bebas dan tidak sehat.

Masyarakat khususnya kelompok risiko diminta agar melakukan pemeriksaan secara rutin dan segera memeriksa jika telah merasakan gejala. (*)

---------------------

HIV Fenomena Gunung Es

PERSOALAN HIV khususnya di Kabupaten Bulukumba merupakan fenomena gunung es, dalam artian data yang ada hanya memperlihatkan permukaan.

Karena penyakit HIV dianggap sebagai aib dan stigma itulah yang membuat banyak penderita takut dan tidak mau terbuka dengan penyakitnya.

Padahal penyakit HIV harus mendapatkan penanganan cepat selain untuk menyelamatkan penderitanya tentunya juga untuk memutus penularannya sejak dini.

Seperti yang dijelaskan oleh Handayani salah satu pengamat kesehatan masyarakat Kabupaten Bulukumba bahwa data yang ada biasanya tidak menggambarkan kondisi real di lapangan.

"Data yang ada saat ini baik yang ada di kementerian kesehatan maupun di Dinkes kabupaten/kota dari sisi kumulatif penyebaran infeksi, kelompok populasi berisiko jika dibandingkan dengan data di lapangan jumlahnya akan jauh berbeda," terangnya.

Persoalan tersebutlah yang dianggap sebagai fenomena gunung es, persoalan itu menurut Handayani disebabkan oleh berbagai faktor.

Antara lain, kuatnya stigma di masyarakat tentang HIV sehingga individu atau kelompok populasi berisiko menjadi tidak terbuka dengan statusnya.

"Mereka tidak berani melakukan tes sehingga tidak menyadari bahwa dirinya adalah individu yang berisiko," ujar alumni Faculty of Health medicine and life science, Universiteit Maastricht di Belanda tersebut.

Masalah itu tidak terlepas dari persolan edukasi yang belum optimal dan juga akses layanan yang belum terjangkau atau tidak lengkap.

Olehnya menurut Handayani semua bagian mesti mengambil peran, selain individu yang berisiko diminta untuk terbuka, juga bagi pemerintah agar menyiapkan layanan yang lengkap. (*)

  • Bagikan