BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Bertaruh nyawa dan bekerja nyaris 24 jam, itulah separuh kisah dari para petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) Bulukumba. Bahkan ketika sukses menjalankan tugas, selalu saja ada bahasa kurang nyaman yang diterima. Kata apresiasi bahkan jauh dari mereka.
Tak jarang para petugas damkar harus menembus malam hingga dini hari. Sirine meraung-raung, kebakaran di salah satu sudut Bulukumba harus segera dipadamkan.
Pasukan merah ini harus bekerjaran dengan waktu. Di sisi lain mereka harus menelan realita bahwa tidak semua kebakaran berhasil mereka jinakkan. Sementara fakta lainnya, peralatan dan armada yang dimiliki menjadi salah satu kendala mereka.
Salah satu Komandan Kompi Damkar Bulukumba, Astono, mengaku kerap mendapat bahasa kurang sedap kala menjalankan tugas. Meski berhasil memadamkan api mereka masih saja disalahkan warga.
“Katanya terlembat bergerak, padahal ada kondisi teknis yang terkadang harus kami hadapi. Rute yang jauh, akses yang sempit, banyak hal. Apalagi harus kita sadari bahwa kami masih banyak kekurangan alat,” ungkapnya, Minggu, 31 Juli 2022.
Dikatakan, salah satu yang menjadi tugas utama dalam proses pemadaman adalah bagaimana agar api tidak menyebar ke bagian lain.
“Padahal tugas kita memadamkan dan bagaimana meminimalisir api tidak menyabar ke bangunan lain,” beber Astono.
Soal fasilitas, lanjut Astono, saat ini Damkar Bulukumba ada 12 unit 10 mobil penembak dan 2 mobil penyuplai. Sementara 1 unit mobil penyuplai terbalik kondisi rusak, 8 unit di sektor induk dan 4 unit di sektor pembantu.
“Yang kurang sarana dan prasarana
APD (Alat Pelindung Diri) yang kurang sama sekali sehingga proses evakuasi dan pendinginan biasa menjadi kendala," ucap pria yang aktif dalam aksi kemanusiaan ini.
Ditambah lagi, lanjut Astoni, jumlah personel yang terbilang sangat terbatas. Terlebih dengan adanya 4 sektor pembantu.
“Jumlah personel kita 178 anggota semuanya.
Termasuk di dalamnya staff administrasi dan operator pengendali posko 7 orang. Jadi suka dukanya banyak lah. Kita tak butuh disanjung, kalau pun kita berhasil itu tetap saja selalu ada cacian. Yah, macam-macam, tapi itulah tugas,” urainya. (*)