BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Salah satu daerah di Sulsel yang memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang luas adalah Desa Barombong, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba. Bulukumba salah satu daerah yang penduduknya sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani baik itu bercocok tanam dikebun maupun disawah. Dan disisi lain, juga masyarakatnya menjadi pengusaha ternak ayam ras petelur dan menjadikan ternak tersebut hanya sebagai pekerjaan sampingan.
Bisnis budidaya ayam petelur di Bulukumba memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Apalagi jika budidaya dilakukan secara intensif dalam arti tidak hanya dilakukan sebagai kegiatan sambilan. Usaha peternakan ayam petelur memiliki peluang bagus untuk dikembangkan karena permintaan yang makin tinggi dari masyarakat.
Salah satu produk peternakan yang sangat diminati konsumen adalah telur ayam yang merupakan lauk cukup akrab dan ekonomis bagi kebanyakan orang. Apalagi di kondisi sekarang, di mana harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi sehingga telur menjadi salah satu lauk alternatif bagi sebagian orang, karena harganya yang terjangkau, bergizi dan praktis.
Salah satu kendala dalam budidaya ayam petelur di Bulukumba adalah ketersediaan pakan komersil yang harganya sangat tinggi dan fluktuatif. Mayoritas peternak ayam petelur di daerah Bulukumba hanya bergantung pada pakan komersil semata, karena tidak adanya pengetahuan tentang dasar-dasar pembuatan pakan dengan kaidah-kaidah ransum pakan ternak yang benar. Sehingga ketika harga pakan meningkat, pendapatan masyarakat menurun.
Hal ini menyebabkaan ketidakpastian dalam hal pendapatan yang membuat peternak resah. Jika mengandalkan pakan buatan pabrik dirasa sangat mahal dengan harga Rp.6000 per kg. Jika peternak ayam petelur mempunyai 500 ekor ayam produktif dengan rata-rata pemakaian pakan 200 gram per hari maka biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.600.000.
Jika per bulan peternak memelukan biaya pakan sebesar Rp.18.000.000. Pada kondisi normal produktifitas telur per bulan dari 500 ekor berkisar 12000 butir. Biaya produksi 1 telur ayam Rp.500. Harga jual pasaran telur ayam Rp.1500.-maka peternak ayam petelur menghasilkan pendapatan kotor berkisar 12000 butir X Rp.1500.-= Rp. 18.000.000.- Analisis usaha tani ternak ayam petelur dengan model diatas sangatlah tidak mengutungkan bagi peternak Kabupaten Bulukumba terutama di Desa Barombong.
Biaya pakan inilah yang menyulitkan peternak karena biaya tersebut tergolong sangat mahal dan belum termasuk biaya perawatan lainnya seperti vaksin dan lain-lain. Dari kondisi inilah perlu adanya
introduksi pakan ternak alternatif guna memecahkan masalah pakan ternak ayam petelur yang murah dan terjangkau harganya bagi peternak. Oleh sebab itu perlu adanya Program Pengabdian Masyarakat untuk mendukung penyelesaian masalah pakan ayam tersebut.
Salah satu pakan yang disarankan adalah maggot karena memiliki kandungan gizi yang tinggi dan dapat diproduksi secara massal. Maggot merupakan larva lalat Black Soldier Fly (Hermetia illuciens L.) atau serangga bunga yang keberadaannya sering dianggap sebagai hama oleh sebagian besar masyarakat termasuk kerabat lalat (keluarga Diptera), tubuh dewasanya menyerupai tawon, berwarna hitam dan memiliki panjang 15–20 mm. Black Soldier Fly atau yang dalam fase larvanya disebut dengan maggot merupakan salah satu sumber protein hewani tinggi karena mengandung kisaran protein 30–45 persen. Dari berbagai insekta yang dapat dikembangkan sebagai pakan, kandungan protein larva Black
Potensi pemanfaatan maggot sebagai bahan pakan alternatif sangatlah tinggi dengan hanya memanfaatkan kembali (upcycle) limbah organik dapat menjadi produk bernilai tambah.Limbah organik berupa sisa-sisa makanan, sayuran, buah-buahan busuk dan daun-daunan,
dapat menimbulkan bau tak sedap dan menjadi sarang penyakit. Oleh karena itu, warga sangat perlu diberikan edukasi melalui penyuluhan dan pelatihan untuk mengolah limbahorganik khususnya yang berasal dari rumah tangga secara mandiri untuk menghasilkan pakan alternatif yang dapat menghemat biaya pakan ayam petelur
Untuk itu, dosen Universitas Muhammadiyah Bulukumba yaitu Budi Wardiman, Fahmi M. Room dan Ulva Dianasari melakukan kerja sama dengan mitra di Desa Barombong. Mitra adalah salah satu pengusaha peternakan ayam petelur ZAZA.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan tim, beberapa permasalahan yang dihadapi kelompok ternak ayam petelur Zaza antara lain, Permasalahan terkait aspek manajemen pemeliharaan ternak, permasalahan terkait penguasaan teknologi, Permasalahan terkait manajemen sampah dikawasan usaha mitra.
Dengan menerapkan budidaya Maggot BSF, permasalahan yang disebutkan diatas dapat diatasi. Maggot BSF selain dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif ayam, jugadapat mengurai sampah organik di masyarakat. Maka dari itu tim bergerak melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada mitra di desa tersebut. Pada tanggal 4 Oktober 2022, dilakukan pelatihan budidaya maggot BSF di Desa Barombong. Pelatihan tersebut diikuti sekitar 35 orang peserta.
Peralatan yang dibutuhkan untuk budidaya maggot yaitu Box container untuk membesarkan baby maggot, jaring untuk membuat kandang lalat dan Coper untuk mengiling sampah organik Eggtrap atau Bioballs untuk tempat telur
Ada pula tahapan-tahapan untuk penanganan telur yaitu menyiapkan rak untuk tempat bertelur maggot yang terbuat dari kayu yang di tumpuk dan di kasi jarak tiap kayu sekitar 2 mili meter dengan Panjang 30cm dan lebar 5cm yang di tumpuk sebanyak 4-5 kayu kemudian di ikat menggunakan karet ban, menyiapkan pemancing untuk mengikat BSF supaya mau bertelur di tempat yang disediakan.
Media pemancing terbuat dari fermentasi sampah organik yang telah di giling dan di taruh di bak yang telah di sediakan kemudian di tutup menggunakan jarring untuk menghindari BSF masuk kedalam media tersebut, memastikan BSF bertelur di tempat yang telah di sediakan dan pemanenan telur BSF.
Pemanenan telur dapat menggunakan pisau dengan cara mengoreskan ujung pisau ke dasar kayu yang ada telur BSF, menetaskan telur BSF. Media tetas yang digunakan berupa pakan ayam broiler fase starter atau tipe 511 dengan takaran (1000gr) dituangkan ke bak penetasan ditambah dengan air sampai kondisi lembek. Kemudian telur Hermetia illucens diletakan diatasnya dengan diberi alas kertas kecil. Larva yang menetas akan hidup pada media penetasan selama 6 hari, setelah itu dipindahkan pada media.
Manggot siap panen, yang nantinya akan dijadikan produk turunan. Dan sebagian akan di sisakan untuk menjadi lalat, Maggot BSF akan menjadi Maggot selama kurang lebih 18 hari dan akan menjadi pupa selama 14 hari. Daur hidup BSF dari telur sampai menjadi lalat dewasa berjalan kurang lebih 40-43. Diawali dari 3 hari untuk lalat dewasa, dilanjut 3 hari untuk fase kawin setelah kawin dilanjutkan ke fase bertelur selama 3 hari dan inkubasi telur selama 3 hari. Setelah bertelur akan dilanjut ke fase prepupa yang membutuhkan waktu 18 hari dan lanjut ke fase pupa selama 14 hari. Tergantung dari kondisi lingkungan serta media pakan yang diberikan. Maggot dapat dipanen pada usia 15 hari karena pada umur 15 hari Maggot BSF mempunyai kandungan protein yang paling tingggi.