MAKASSAR, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, World Agroforestry – ICRAF Indonesia mengadakan seminar nasional pengembangan peta jalan kakao berkelanjutan.
Peta jalan tersebut mulai diinisiasi tahun 2021 oleh Pemerintah Kabupaten Luwu Utara dan SFITAL, program riset aksi yang dilaksanakan ICRAF Indonesia di Luwu Utara bersama Mars Incorporated, Rainforest Aliance-UTZ, dan Cocoa Sustainability Partnership (CSP).
Luwu Utara, kabupaten terluas di Sulawesi Selatan, dikenal sebagai salah satu penghasil kakao terbesar. Rata-rata produktivitas dalam tiga tahun terakhir mencapai 0,66 – 0,99, lebih tinggi dari rata-rata provinsi yaitu 0,59 ton per hektar. Kebun kakao di Luwu Utara merupakan kebun kakao rakyat yang dikelola petani di tengah berbagai permasalahan yang ada terkait (1) lahan: berkurangnya luasan dan daya dukung, perlunya peremajaan, (2) aspek budi daya: keterbatasan bibit unggul, pupuk, dan peralatan berkebun, dukungan penyuluhan, masalah hama penyakit, dan (3) pasar dan rantai nilai: biaya transportasi, kelembagaan ratai nilai, transparansi rantai pasok, jaminan pasar dan pelacakan.
Saat membuka seminar, Dr Sonya Dewi, Direktur ICRAF Indonesia, mengatakan bahwa kegiatan SFITAL di Luwu Utara sejalan dengan misi ICRAF menghasilkan pengetahuan berbasis sains tentang beragam manfaat pohon, termasuk kakao, dan mengimplementasikannya di tingkat tapak bersama petani untuk diarusutamakan ke dalam kebijakan yang bertujuan untuk peningkatan penghidupan petani dan bentang alam yang sehat.
“Peta jalan kakao berkelanjutan yang menjadi fokus seminar ini berisi skenario, strategi, dan intervensi yang akan dilakukan dalam pengembangan kakao di Kabupaten Luwu Utara. Peta jalan kakao berkelanjutan ini merupakan yang pertama di Indonesia,” kata Dr Sonya Dewi di hadapan peserta seminar yang terdiri dari unsur pemerintah kabupaten, provinsi, pusat, juga peneliti dan ahli kakao, serta pengusaha dan petani kakao.
Suharman Sumpala, Ketua Dewan Penasehat Cocoa Sustainability Partnership (CSP), dalam sambutan pembukaannya mengatakan bahwa membangun masa depan kakao memerlukan dukungan semua pihak, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan semua pegiat kako.
“Saya optimis kakao akan jaya kembali dan bisa menopang kehidupan masyarakat kita.”
Dalam paparannya di hadapan peserta seminar nasional, Bupati Luwu Utara, Hj. Indah Putri Indriani, S.IP., M.Si., menjelaskan berbagai potensi dan aneka permasalahan di Kabupaten Luwu Utara, juga upaya pemerintah Kabupaten Luwu Utara melalui Pokja Program Kakao Berkelanjutan dalam mengembangkan peta jalan untuk meningkatkan dan mengarusutamakan rantai komoditas petani kecil yang inklusif, berkelanjutan, dan transparan.
Platform monitoring dan evaluasi di tingkat kabupaten menjadi pelengkap untuk memantau indikator keberhasilan strategi di tingkat kabupaten.
“Pemerintah Luwu Utara berterimakasih atas adanya kerjasama pengembangan peta jalan kakao berkelanjutan yang dilakukan bersama SFITAL. Sebagian aspek dalam peta jalan tersebut sudah diintegrasikan dengan RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Luwu Utara 2021-2026 serta rencana strategis beberapa SKPD seperti Dinas Pertanian.”
Bupati Luwu Utara menegaskan bahwa peta jalan kakao berkelanjutan akan segera ditingkatkan menjadi peraturan daerah.
“Dengan demikian, semua strategi dan program, juga penganggaran untuk pelaksanaan akan dapat dipastikan, sifatnya mengikat, dan akan terus berlanjut memberikan dampak tak hanya bagi petani kakao, tetapi juga masyarakat lain yang terkait dengan pengusahaan kakao.”
Direktur Pangan dan Pertanian Kementrian PPN/Bapenas yang diwakili oleh Puspita Suryaningtyas, MBA dalam pemaparannya mengatakan pentingnya penerapan pendekatan yurisdiksi dalam pengembangan komoditas berkelanjutan di Indonesia, seperti yang tercantum dalam RPJMN 2020-2024.
Pendekatan yurisdiksi yang diterapkan melalui penyusunan peta jalan pembangunan kakao berkelanjutan telah mendukung rencana pembangunan pertanian di tingkat nasional.
Tentang kolaborasi multi pihak dalam peningakatan produktivitas kakao nasional, Ir. Hendratmojo Bagus H., M.Sc., Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar, Direktorat Jenderal
Perkebunan, Kementerian Pertanian, mengatakan bahwa diperlukan komitmen, fasilitasi, kerjasama, pengawasan, dan pembinaan untuk bisa mewujudkan kolaborasi yang diharapkan.
Dr. Ir. Musdhalifah Machmud, MT., Deputi Bidang Pangan dan Agribisnis, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, mengharapkan kegiatan seminar dan diskusi hari ini dapat dimanfaatkan untuk mendorong agar upaya pengembangan dan peningkatan produktivitas kakao bisa berjalan lancar.
“Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mendorong terwujudnya ketahanan pangan secara nasional sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat. Salah satunya dengan pengembangan kakao agar tersedia bahan baku yang cukup untuk industri olahan dan juga diekspor langsung. Pemerintah sudah menetapkan kakao sebagai salah satu dari sembilan komoditas yang dapat memperoleh pupuk bersubsidi. Untuk tahun 2023, disediakan 211 ribu ton, dan Sulawesi mendapatkan alokasi terbesar. Mari kita manfaatkan semaksimal mungkin.”
SFITAL merupakan program riset aksi pertanian berkelanjutan yang dilaksanakan oleh World Agroforestry (ICRAF) di Indonesia dan Filipina atas dukungan International Fund for Agriculture Development (IFAD). Di Indonesia, SFITAL mendorong petani kecil atau pekebun di Kabupaten Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara (kelapa sawit), dan di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan (kakao), agar mampu mengelola kebun secara berkelanjutan serta meningkatkan akses ke pasar global melalui kemitraan petani, pemerintah, dan swasta. Di Kabupaten Luwu Utara, SFITAL bekerjasasama dengan Rainforest Alliance-UTZ dan Mars, Incorporated dengan dukungan Cacao Sustainable Partnership (CSP).
World Agroforestry (ICRAF Indonesia) adalah adalah lembaga riset internasional dalam bidang agroforestri yang berkantor pusat di Nairobi, Kenya. Di Indonesia, ICRAF melakukan riset aksi di provinsi Aceh, Jambi, Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Papua dan Nusa Tenggara Timur. Visi ICRAF adalah dunia yang adil di mana semua orang mempunyai penghidupan layak dengan didukung bentang lahan yang sehat dan produktif.
Cocoa Sustainability Partnership (CSP) adalah forum kolaborasi publik-swasta untuk kemajuan pengembangan kakao di Indonesia. CSP didirikan untuk meningkatkan komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi antar pemangku kepentingan publik-swasta yang terlibat langsung dalam kegiatan kakao berkelanjutan di Indonesia atas dasar manfaat untuk semua pemangku kepentingan di sektor kakao.
Mars, Incorporated adalah perusahaan dari Amerika Serikat bergerak dalam pembuatan produk makanan seperti gula-gula dan cokelat, juga makanan hewan.
Di Indonesia, selain membangun fasilitas pengolahan dan penelitian kakao di Sulawesi Selatan, perusahaan ini juga membantu pemerintah setempat dan pusat dalam mempromosikan kakao di pasar internasional. Mars, Incorporated mengembangkan berbagai inovasi dan solusi teknologi untuk peningkatan kebun kakao rakyat sehingga produksi dapat meningkat dan alam tetap lestari.
Rainforest Alliance-UTZ adalah organisasi nirlaba internasional yang bekerja di persimpangan antara bisnis, pertanian, dan hutan untuk menjadikan bisnis yang bertanggung jawab sebagai kenormalan baru. Kami membangun aliansi untuk melindungi hutan meningkatkan penghidupan petani dan masyarakat sekitar hutan, memajukan hak asasi mereka, serta membantu mereka dalam mengurangi dan beradaptasi terhadap krisis iklim