BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Prostitusi berkedok salon dan spa sudah sering kita dengar. SR perempuan berusia 25 tahun mengaku memilih menjadi pekerja seks komersial (PSK) karena persoalan ekonomi.
Selain sebagai PSK, SR bekerja di salah satu salon spa yang berada di wilayah kota Kabupaten Bulukumba.
Olehnya selain menjajakan jasanya melalui aplikasi sosial media, dirinya juga kadang menyediakan layanan tambahan bagi pelanggan salon tempatnya bekerja.
SR mengaku sudah kurang lebih dua tahun telah bekerja sebagai PSK di Kabupaten Bulukumba. Dirinya memilih menjadi PSK karena faktor ekonomi.
SR adalah seorang ibu beranak satu yang telah ditinggal pergi oleh suaminya. Dia juga menjadi tulang punggung bagi orang tua dan adik-adiknya.
"Kita semua (rekan-rekannya di salon, red) adalah janda-janda ada anak dan keluarga yang butuh makan," katanya saat diwawancara oleh RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID via Sosmed, Senin, 5 Desember 2022.
SR mengaku pernah bekerja di salah satu perusahaan sebagai sales, namun menurutnya upahnya tidak seimbang dengan beban kerja.
"Dulu saya harus utang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk melunasi utang saya bekerja begini (PSK, red) sampai sekarang," ungkapnya.
SR menjajakan jasa seks dengan tarif 250 ribu sampai 400 ribu sekali main, harga itu sudah termasuk dengan fasilitas kamar.
Sebenarnya SR tidak senang menjadi PSK, namun karena terlanjur menekuni dan menurutnya mampu menutupi kebutuhan hariannya, sehingga dia tidak berpikir untuk mencari pekerjaan lain.
"Sebenarnya saya takut kerja begini, saya takutkan itu penyakit, dan kalau saya ditangkap pasti keluarga saya malu. Tapi semua pekerjaan ada konsekuensinya," ujarnya.
Sebelumnya, Dosen Sosiologi Universitas Negeri Makassar (UNM), Sopian Thamrin, menjelaskan, kemunculan prostitusi bukan hal baru.
Sopian mengungkapkan bahwa pada beberapa literatur bahkan disebutkan prostitusi merupakan sala-satu profesi tertua di dunia.
Menurut Sopian, fenomena semakin maraknya prostitusi jika dicermati tidak pernah sederhana karena berkaitan dengan masalah sosial lainnya.
"Bahkan dalam beberapa riset ada kaitan antara maraknya prostitusi dengan perilaku kriminal lainnya," kata Sopian saat dikonfirmasi RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID, Selasa, 29 November 2022.
Sopian menjelaskan, berkembangnya aktivitas prostitusi kadang ditopang oleh kondisi material tertentu. Sarana material berupa infrastruktur dan sarana sosial berupa penerimaan masyarakat.
"Secara material, Bulukumba sangat memadai sebagai destinasi wisata pantai terbesar di Sulsel. Ketersediaan fasilitas berupa penginapan, dan saranan hiburan sekitar pantai bisa saja menjadi satu kaitan tidak terpisahkan," ungkapnya.
Sementara secara sosial, kata Sopian, kondisi masyarakat sangat menentukan. Apabila masyarakat melakukan resistensi terhadap kegiatan tersebut, maka bisa saja aktivitas tersebut sulit untuk berkembang.
"Namun jika perlahan melakukan pembiaran bahkan penerimaan maka tentu menjadi peluang bagi para aktornya. Kondisi semacam ini menjadi sulit dan kompleks jika sudah berkaitan dengan kepentingan akumulasi kapital," ujarnya. (baso marewa)