BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Tepat pada tanggal 22 Desember 2022 masyarakat di seluruh Indonesia tidak terkecuali di Kabupaten Bulukumba merayakan Hari Ibu.
Hari ibu merupakan momentum untuk menghargai dan mengenang perjuangan perempuan di Indonesia.
Bukan hanya mereka yang gugur di medan juang, namun semua perempuan yang saat ini tengah berjuang termasuk para ibu di keluarga masing-masing.
Perjuangan para ibu begitu besar bagi keluarga, dan melalui rahimnya ibu merupakan pencetak generasi-generasi baru di masyarakat.
Seorang ibu berjuang antara hidup dan mati saat hendak melahirkan anaknya. Bahkan tidak jarang seorang ibu harus kehilangan nyawa dikala bersalin.
Di Kabupaten Bulukumba sendiri berdasarkan update pertengahan tahun 2022 ini, sudah 7 orang ibu melahirkan yang gugur dalam perjuangan melahirkan anak.
Angka tersebut masih termasuk tinggi. Olehnya itu, penentu kebijakan dituntut untuk semakin meningkatkan pelayanan terhadap pasien atau ibu bersalin.
Kepala Dinas Kesehatan Bulukumba, Hj. Umrah Asnawi, mengungkapkan bahwa sejumlah upaya telah pihaknya lakukan untuk menekan angka kematian ibu bersalin.
"Semua ibu hamil mendapatkan pelayanan ANC Minimal 6 Kali selama kehamilan dgn layanan 10 T," katanya.
Selain itu pihaknya juga secara rutin berkoordinasi dengan pemerintah setempat baik Kades atau Lurah dan Dukcapil terkait kepemilikan identitas kewarganegaraan dan jaminan kesehatan bagi ibu hamil.
Hj. Umrah juga berharap agar keluarga berperan aktif dalam merencanakan persalinan yang aman melalui pengimplementasian program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi.
"Program itu yakni penyedian Ambulance Desa, Calon Pendonor, memastikan kesiapan faskes dan penolong persalinan tersedia di layanan kesehatan," urainya.
"Apabila ada kami temukan ibu hamil prasejahtera kemudian tidak aktif BPJSnya maka kami komunikasikan dengan Baznas untuk bantuan pelunasan tunggakan BPJSnya," tambahnya.
Di momentum Hari Ibu ini, sebagai seorang ibu, Hj Umrah berpesan kepada semua ibu di Kabupaten Bulukumba yakni jadilah ibu pendamping dan penyemangat suami dan Ibu yang melakukan pengasuhan terbaik bagi anak.
Diketahui, sejarah diperingatinya Hari Ibu di Indonesia bermula ketika diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia pertama kali pada tanggal 22-25 Desember 1928. Hal ini bertujuan untuk menyatukan perkumpulan perempuan-perempuan Indonesia dalam satu Perhimpunan Perempuan Indonesia.
Jauh sebelumnya, sejatinya latar belakang Hari Ibu di Indonesia adalah dari kebangkitan perjuangan perempuan Indonesia telah dimulai sebelum masa kemerdekaan. Hal ini ditandai dengan perjuangan pahlawan perempuan di berbagai daerah, seperti Tjuk Njak Dien di Aceh, Nyi Ageng Serang di Jawa Barat, R.A Kartini di Jawa Tengah, dan masih banyak lagi.
Pada 1908 setelah kelahiran Budi Utomo, banyak lahir perkumpulan perempuan di berbagai daerah, seperti Aisiyah, Wanita Katolik, Putri Merdeka, dll. Kemudian pada Kongres Pemuda Indonesia I pada 30 April - 2 Mei 1928 menempatkan perempuan sebagai satu titik sentral pembahasan, mengenai kedudukan perempuan dalam masyarakat Indonesia.
Tak lama setelahnya, pada 22-25 Desember diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia untuk pertama kali di Yogyakarta. (baso marewa)