SELAYAR, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID - Berbagai persepsi muncul dimedia sosial, khususnya warganet di Kepulauan Selayar, pasca kejadian fenomena alam dan matinya ikan-ikan dipantai Bonea dan Appabatu, hingga keluarnya imbauan Wakil Bupati, yang mengingatkan warga agar tidak langsung mengkonsumsi ikan, yang diambil dari pantai Bonea dan Appabatu.
Malah dibeberapa postingan warga medsos kemudian mengembangkan informasi membingungkan dan bikin panik warga bahwa Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar mengeluarkan himbauan larangan makan ikan.
Dikonfirmasi, Jumat (20/1/2023) malam, Kabid Humas Diskominfo, Andi Sandra Esty Abriany menjelaskan bahwa informasi tentang munculnya berbagai persepsi atas imbauan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar yang intinya untuk sementara waktu tidak mengkomsumsi ikan, yang diambil pada lokasi-lokasi, air laut yang berwarna hijau, telah kami terima dan kami baca juga, sehingga sangat penting untuk diluruskan.
" Bahwa imbauan Wakil Bupati disampaikan setelah Beliau meninjau langsung lokasi di Benteng Utara, dimana terjadi pertama kali fenomena perubahan air laut menjadi warna hijau muda. Dan didapati telah banyak warga berada disana yang menangkap ikan, utamanya ikan-ikan yang terlihat mabuk. Wakil Bupati juga memantau banyak ikan mati dipantai. Sehingga Wakil Bupati menyampaikan agar warga tidak langsung mengkonsumsi ikan yang diambil, karena masih sementara diuji apa penyebab matinya ikan dan berubahnya warna air laut. Antisipasi jangan sampai berbahaya bagi manusia jika langsung di konsumsi" itu yang disampaikan Pak Wakil dan jelas dalam rekaman video dokumentasinya, tegas Kabid Humas, Jumat (20/1/2023).
Jadi bukan himbauan atau larangan makan ikan seperti yang ramai diperbincangkan dimedsos, bahkan himbauan tersebut dituding warganet sebagai penyebab munculnya kekhawatiran warga hingga tidak mau mengkonsumsi ikan laut.
Himbauan tersebut diambil sebagai langkah antisipasi atas maraknya warga yang mengambil ikan yang terlihat mabuk dan mati dipinggir-pinggir pantai pada sekitar zona air laut yang berubah warna menjadi hijau, sementara belum diketahui pasti berbahaya atau tidak.
"Jadi imbauan pemerintah itu dimaksudkan untuk ikan-ikan mabuk dan mati dilokasi itu yang kemudian diambil warga," jelas Andi Esty saat dikonfimasi pada awak media, Jumat (20/1)
Lanjut dikatakan, bahwa sampel air laut dan ikan yang diambil dilokasi tersebut sudah dikirim ke Laboratorium di Makassar dan saat ini masih diuji di laboratorium oleh pihak berwenang.
"Infonya, Hari Selasa (24/1) baru ada hasil itu hasil konfirmasi kami pagi tadi, kita tunggu hasilnya sama-sama, semoga semuanya sesuai yang kita harapkan, aman" ungkapnya
Pada dasarnya, kata Andi Esty Pemerintah harus hadir dan mengambil keputusan secepatnya, apalagi menyangkut masyarakat secara umum.
"Jika Pemerintah tidak mengeluarkan imbauan dan tiba-tiba ikan tersebut berbahaya bagi kesehatan masyarakat, kan yang disalahkan pasti Pemerintah lagi, kenapa tidak mengingatkan warga" pungkasnya.
Termasuk adanya beredar dimedia sosial bahwa telah ada warga yang keracunan dilarikan ke rumah sakit, juga dipastikan adalah hoaks. Kami sudah cross chek langsung ke pihak rumah sakit dan tidak ada.
Humas Pemkab Kepulauan Selayar ini berpesan agar masyarakat bisa bijak menggunakan media sosial sebagai platform bersosialisasi yang positif.
Sebelumnya, warga Kabupaten Kepulauan Selayar, dihebohkan dengan fenomena air laut yang tiba-tiba berubah warna menjadi hijau disertai bau yang menyengat, sejak Selasa (17/1/2023) di Pantai Benteng Utara dan Pantai Appabatu. (*)