Produksi Kakao Sulsel Makin Turun, Ini Kendala yang Dihadapi Petani

  • Bagikan

MAKASSAR, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Sulsel pernah besar dengan komoditas cokelat atau kakao. Namun dalam satu dekade ini, petani mulai meninggalkannya.

Tanaman kakao makin rentan terhadap hama. Perawatannya makin rumit yang membuat masyarakat harus mengeluarkan modal dan tenaga lebih banyak. Tak heran, petani beralih komoditas lantaran untung kakao sangat kecil.

"Sudah beralih sekitar 6-7 tahun yang lalu sebenarnya," beber Nemmang, mantan petani kakao asal Desa Tadang Palie, Kabupaten Bone, kemarin.

Kini, ia memilih beralih menjadi penanam jagung. Sebelumnya, kakao merupakan sektor garapan utamanya. Namun itu dahulu, sebab kini jagung merupakan prospek baru baginya.

Selain karena waktu panen yang lebih cepat, jagung juga lebih aman dikelola dibanding komoditas yang ia tekuni sebelumnya.

"Pertama karena hamanya (kakao) tidak sebanyak yang lain, hasil panen juga mulai berkurang. Jadi lebih baik cari yang aman-aman saja,” terang Nemmang menjelaskan alasan meninggalkan kakao.

Perawatan kakao makin hari makin mahal. Hal ini juga berpengaruh karena jenis hama makin banyak.Belum lagi saat panen, tiap tahun buah satu batang kakao mengalami penurunan.

"Kami juga dari segi petani tidak dapat banyak untung, makanya lari ke jagung kuning atau komoditas lain yang dalam jangka pendek bisa terlihat hasilnya," tandasnya

Permintaan yang meninggi akan biji kakao rupanya tak menjamin kesejahteraan petani turut terkerek. Peringkasan rantai distribusi harus dilakukan guna mendongkrak kesejahteraan petani.

Saat ini rantai distribusi masih cukup panjang. Ketika lonjakan naik yang merasakan keuntungan hanya  pedagang besar saja. (fj)

  • Bagikan