BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bulukumba, kembali mencatat kasus gizi buruk di tahun 2023. Kali ini di wilayah kerja Puskesmas Caile, tepatnya di Kelurahan Tanah Kongkong Kecamatan Ujung Bulu.
Kepala Puskesmas Caile, Hj. Megawati mengatakan bahwa petugas gizinya bergerak cepat dalam menangani kasus ini. Kasus bayi dan balita gizi buruk ini terjadi bukan karena kurang edukasi, tapi kurang asupan makanan dan ASI-nya.
"Ini karena latar belakang ekonomi dan keluarga. Keluarga ini juga adalah pendatang yang sebelumnya tinggal di wilayah Gantarang," katanya.
Saat ini, pihak Puskesmas Caile sedang dalam proses pemberian makanan tambahan (PMT) Lokal kepada Ibu hamil KEK, balita gizi kurang, gizi buruk semua kelurahan pada sasaran prioritas atau tidak mampu.
"Semoga berjalan lancar dan bermanfaat bagi mereka semua. Diantarkan langsung ke rumah-rumahnya setelah diolah dan disiapkan oleh Tim pengolah yang sudah dilatih," jelas Megawati.
Intervensi yang dilakukan oleh petugas gizi Puskesmas Caile adalah pemberian susu SGM ananda 0 - 6 bulan dengan harapan untuk mempercepat proses peningkatan berat badannya.
Kasus yang terjadi kali ini 2 orang dari 5 bersaudara. Kronologisnya pada 17 Agustus 2023 sekitar pukul 14.00 Wita, anak tersebut dirujuk ke rumah sakit karena mengalami diare. Anak ke-4 dirawat di ruang Mawar umur 2 tahun dengan status gizi kurang dan bayi umur 2 bulan dengan status gizi buruk dirawat di ruang HUC Anak RSUD Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba.
Kedua anak tersebut dirawat dengan jaminan Surat Keterangan Tidak Mampu yang diberikan oleh Lurah Tanah Kongkong dan diketahui oleh Camat Ujung Bulu. Kasus ini juga sudah dilaporkan ke Baznas Bulukumba oleh Pengelola Gizi Dinas Kesehatan Bulukumba.
Pengelola Gizi Dinkes Bulukumba, Indrayana menyebutkan kasus di wilayah kerja Puskesmas Caile adalah kasus ke-4 untuk kasus gizi buruk yang ditangani dan dirujuk ke RSUD Andi Sultan Daeng Raja Bulukumba.
"Di tahun 2023 ini, sebelumnya ada 3 kasus yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Batang, Puskesmas Lembanna dan Puskesmas Ujung Loe," katanya.
Menurut Indrayana, Dinkes Bulukumba mengidentifikasi adanya kasus tersebut, dari laporan petugas gizi Puskesmas kemudian melakukan komunikasi dengan pihak manejeman RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba
"Kita komunikasi ke pihak rumah sakit karena mereka rata-rata tidak punya jaminan sosial," jelasnya.
Sekretaris Dinkes Bulukumba, Dr. Amrullah menargetkan agar di tahun-tahun mendatang tak terjadi lagi kasus gizi buruk. Pihaknya kata dia, akan memaksimalkan sosialisasi dan edukasi, serta tindakan-tindakan preventif.
Kasus gizi buruk, diharapkan tak hanya dibebankan kepada Dinkes Bulukumba saja. Tapi kata Amrullah lagi, agar kasus ini tertekan, maka seluruh stakeholder dan masyarakat harus ikut ambil peran.
"Jadi kita semua memberikan pemahamàn kepada masyarakat pentingnya makanan bergizi. Sebab makanan bergizi tidak perlu mahal. Selain itu, perbaikan pola asuh anak," katanya.
Minimnya pengetahuan pemenuhan gizi dan faktor ekonomi orang tua serta penyakit penyerta, menjadi penyebab utama masih adanya gizi buruk.(rls)