MAKASSAR, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID — Museum Kota Makassar akan dibuat lebih indah tanpa harus menghilangkan keasliannya. Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Makassar mengalokasikan anggaran Rp900 juta lebih untuk renovasi tersebut.
Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Makassar, Andi Herfida Attas menjelaskan, semua kayu yang sudah lapuk akan diganti. Tampilan luar pun akan dibikin indah dipandang mata.
“Selain itu akan ada pemeragaan digital. Koleksi yang ada di museum ini juga akan dibuatkan versi digitalnya,” ungkapnya saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (15/9/2023).
Penataan ruangan juga akan dilakukan sedemikian rupa. Termasuk ruangan yang ditempati Kepala Dinas saat ini juga akan digunakan untuk keperluan pemajangan koleksi museum. “Jadi nanti saya pindah ruangan,” ungkapnya.
Museum Kota Makassar memang sudah lama tidak direnovasi. Upaya yang dilakukan Disbud saat ini untuk menarik banyak pengunjung masuk ke museum.
“Kita mau museum ini bisa seperti yang ada di luar negeri. Dengan begitu, orang akan berminat mau masuk dan berkunjung ke museum,” tambah Herfida.
Museum Kota Makassar menyimpan informasi bersejarah mengenai identitas Kota Makassar, sejarah, dan budaya masyarakatnya. Museum ini terletak di Jalan Balai Kota No. 11 A, Kelurahan Baru, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulsel.
Secara fisik, bangunan ini Museum Makassar merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang dibangun sejak zaman pemerintahan Kolonial Belanda. Gedung ini menjadi salah bukti sejarah pemerintahan kota Makassar.
Dikutip dari buku berjudul ‘Bangunan Bersejarah di Kota Makassar’ yang diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar tahun 2013, Museum Kota Makassar pertama kali dibangun pada tahun 1906. Pembangunan gedung ini bersamaan dengan peningkatan status Makassar sebagai Gemeente (Kota Besar).
Pada awal pembangunannya, museum ini diperuntukkan sebagai kantor Pemerintah ‘Gemeente Makassar’. Museum Kota Makassar yang saat itu difungsikan sebagai Kantor Walikota dan merupakan bangunan Kantor pertama di luar Benteng Rotterdam.
Tercatat gedung tersebut selesai dibangun pada tahun 1918. Kemudian diresmikan oleh Walikota I Gemeente Makassar yang berkebangsaan Belanda, yakni J.E. Danbrink di tahun yang sama.
Setelah peresmiannya, gedung tersebut kemudian menjadi lambang keberadaan Kota Makassar dan tempat para pemimpin Kota menjalankan kebijaksanaannya. Bangunan tersebut masih terus difungsikan sebagai kantor Walikota sampai akhir kekuasaan pemerintah Belanda pada tahun 1942.
Pada awal masa kemerdekaan, gedung tersebut masih difungsikan sebagai Kantor Walikota Makassar tahun 19947-1993. Barulah pada masa pemerintahan Suwahyo yang saat itu menjabat sebagai Walikotamadya Ujung Pandang (periode masa jabatan 1988-1993), Kantor Walikota dipindahkan ke Kantor Gubernur Celebes yang sekarang menjadi gedung Kantor Balai Kota.
Setelah Kantor Walikota dipindahkan, kantor gubernur dipindahkan ke Jalan Urip Sumoharjo. Sementara itu, gedung yang sebelumnya menjadi Kantor Walikota Makassar difungsikan sebagai Museum Kota dan sekarang dikenal sebagai ‘Museum Kota Makassar’.
Bangunan yang difungsikan pertama sebagai kantor Gemeente Makassar adalah bangunan yang sekarang digunakan oleh Kantor Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala yakni ruang Kepala Kantor, Kasubag Tata Usaha, dan Keuangan.
Gaya arsitektur yang digunakan pada bangunan Museum Kota Makassar bergaya Neo Klasik Campuran Renaissance dan Ghotik. Hal tersebut bisa terlihat dari irama monoton pada dinding yang dibatasi dalam jarak yang sama oleh pilaster-pilaster.
Selain itu, juga terlihat pada jendela-jendela yang melengkung di bagian atas maupun hiasan pada kepala dan kaki pilaster yang berupa molding. Sementara nuansa Ghotik bisa terlihat pada konsol-konsol tritisan dan hiasan lainnya.
Jika dilihat dari segi tata letaknya, bangunan ini tidak mengikuti gaya Eropa klasik, melainkan menerapkan konsep ‘Garden City’, yaitu bangunan yang dikelilingi oleh halaman, baik di bagian depan, samping, maupun belakang.
Bangunan Museum Kota Makassar terdiri dari dua bagian, yaitu gedung utama dan gedung pendukung. Gedung utama terletak di bagian depan, sedangkan gedung pendukung berada di bagian belakang.
Untuk memasuki pendukung, bisa melalui pintu masuk utama dari tengah, lalu langsung ke hall (aula). Tangga utama menuju lantai atas didesain tepat di tengah bangunan untuk memberikan kesan seimbang dan simetris.
Meskipun dibangun sejak masa pemerintahan Kolonial Belanda, kondisi fisik bangunan ini masih terawat dengan baik. Bangunan yang kini difungsikan sebagai Museum Kota Makassar berada dalam status kepemilikan Pemda Kota Makassar. (adv)