BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Objek wisata penangkaran penyu di Pulau Liukang Loe, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba menjadi sorotan karena dituduh mengeksploitasi penyu demi kepentingan pribadi.
Anjar S Masiga, seorang pemerhati lingkungan hidup, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi penangkaran penyu di Liukang Loe.
Menurutnya, objek wisata ini tidak dapat disebut sebagai penangkaran yang sesungguhnya, karena lebih mirip sebagai penampungan penyu dalam kolam.
"Penyu, terutama penyu dewasa, seharusnya dibiarkan hidup bebas di habitat aslinya. Penangkaran penyu seharusnya mengusung konsep pelestarian alam, bukan malah mengorbankan penyu demi kepentingan pribadi," tegas Anjar.
Dia menunjukkan keprihatinan tentang bagaimana penyu yang harusnya tumbuh dan berkembang dalam kebebasan mereka sekarang ditempatkan dalam kolam-kolam yang sempit. Hal itu diaggap bisa merusak ekosistem penyu itu sendiri.
"Objek wisata itu menawarkan pengalaman melihat penyu dari dekat, pertanyaannya adalah apakah ini berdampak positif pada pelestarian penyu atau hanya sekadar atraksi wisata yang tidak memperhatikan kesejahteraan hewan tersebut," ujarnya.
Anjar menekankan penangkaran penyu yang sesuai dengan prinsip-prinsip konservasi dan pelestarian alam menjadi tugas penting, agar keindahan pulau Liukang Loe dan penyu itu sendiri bisa dilestarikan untuk generasi mendatang.
Kepala Dinas Parawisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Bulukumba, Feriawan Z Fahmi mengungkapkan bahwa penangkaran penyu Liukang Loe bukan di bawah naungan Pemkab.
Meski dikelola oleh swasta, namun terkait sorotan soal eksploitasi penyu di Liukang Loe pihak Disparpora akan melakukan komunikasi dengan pihak pengelola.
"Kami akan komunikasi dulu dengan pihak terkait, karena penangkaran itu dikelola oleh swasta," singkat Feriawan. ***