BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Rektor Universitas Muhammadiyah Bulukumba (UMB), Jumase Basra membantah bahwa pihaknya melalukan tindak kekerasan terhadap mahasiswanya yang melakukan aksi demonstrasi saat penyambutan mahasiswa baru (Maba) di Kampus II UMB, Kelurahan Mariorennu, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba pada Senin, 2 Oktober 2023.
Dalam wawancara dengan RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID pada Selasa, 3 Oktober 2023, Jumase menyampaikan bahwa pihaknya tidak melakukan kekerasan fisik melainkan hanya meminta agar mahasiswa berhenti berorasi.
"Itu tidak benar ada tindak kekerasan. Itu hal yang sangat dibesar-besarkan, saya maju menunjuk (untuk) suruh berhenti orasi karena sudah diulang-ulangi, disangka mau dipukul tidak ada pemukulan, tidak ada yang cedera alias tidak ada korban," jelas Jumase.
Kendati demikian, Jumase mengakui bahwa dirinya menunjuki dan memaksa agar para pendemo untuk tidak melanjutkan orasinya karena dianggap telah menghambat kegiatan penyambutan mahasiswa baru.
"Malah sebenarnya dia yang harus mempertanggung jawabkan perlakuan pada mahasiswa baru yang dipaksa untuk bergabung padahal Pukul 08.00 (WITA) acara Masta Maba dimulai. Jadi terbalik dia memperlakukan mahasiswa baru lalu disangka tindak kejerasan," kata Jumase.
Jumase mengungkapkan transparansi anggaran kampus yang dituntut oleh mahasiswanya itu telah berulang-ulang kali disuarakan namun ia anggap tidak berdasar dan tidak rasional.
"Apa yang dituntut sudah berulang kali, itu karena mereka tidak paham mana ada perguruan tinggi di Indonesia mahasiswa yang mengaudit. Mahasiswa kewajibannya membayar sedangkan haknya mendapatkan bimbingan dan pembelajaran," terangnya.
"Yang tidak rasional itu menuntut pembangunan, perbaikan, dan kenaikan gaji. Lalu (di sisi lain) mereka menuntut turunkan pembayaran mana bisa ketemu dua hal itu, belum bicara soal mutu, TK saja bermutu harus didukung dengan dana yang cukup besar," lanjutnya.
Jumase mengingatkan kepada para mahasiswa khususnya yang berdemo agar lebih memahami diri dan perannya masing-masing, juga tidak mudah terprovokasi dengan isu yang belum tentu kebenarannya.
Sementara itu, Awal Raja selaku koordinator Aliansi Protes Mahasiswa UMB menyampaikan bahwa pihaknya akan kembali melakukan aksi di kampusnya dengan melibatkan jumlah massa yang lebih besar.
"Kami akan konsolidasi lagi, dan rencananya besok (4 Oktober 2023, red) kami akan aksi kembali karena kebetulan di momentum itu ada pertemuan penting (pihak rektorat UMB)," bebernya.
Menurut Awal meski dalam aturan mahasiswa tidak memiliki kewenangan untuk mengaudit keuangan kampus namun secara moral mahasiswa berhak menuntut hak-haknya di kampus.
Awal mengatakan sejak menerimaan mahasiswa tahun 2019 hingga kini tidak nampak ada pembangunan baru di Kampus UMB.
"Ada gedung yang dibangun tapi sampai saat ini juga belum dimanfaatkan, itu pun berdasarkan data yang kami peroleh gedung itu dibangun dari dana pinjaman," ungkap Awal.
Selain tidak ada pembangunan, fasilitas sejumlah ruang kuliah juga dianggap sudah tidak layak. "Ada ruangan tidak ada aliran listrik jadi kipas angin tidak berfungsi. Jadi kami kuliah dengan tangan kanan menulis tangan kiri kipa-kipas," tukas Awal. (***)