MAKASSAR, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Makassar melakukan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan program pencegahan kekerasan terhadap perempuan, Senin 4 Desember 2023 di Hotel Karebosi Premier Makassar. Dalam pertemuan ini hadir puluhan tokoh masyarakat dan kelompok Majelis Taklim yang ada di sejumlah kecamatan di Kota Makassar.
Kepala DP3A Kota Makassar, Achi Soleman mengatakan, dibutuhkan kolaborasi semua pihak terutama peran tokoh masyarakat, tokoh agama dan majelis taklim untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap perempuan. "Kami tidak bisa kerja sendiri. Angka kekerasan di Kota Makassar terus meningkat dari tahun ke tahun. Kami sangat butuh peran dari semua pihak untuk membantu pemerintah dalam melakukan terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak," ujar Achi.
Hadir sebagai narasumber pada kegiatan ini, aktivis perempuan dan anak Sunarti Sain yang juga Pemred RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID. Hadir pula anggota DPRD Kota Makassar Harry Kurnia Pakambanan yang menyampaikan peran legislatif dan regulasi apa saja yang sudah dihadirkan di Kota Makassar sebagai upaya pencegahan kekerasan dan perlindungan perempuan dan anak.
"Sebagai wakil dari Bapak Ibu semua, saya tentu punya tanggung jawab besar untuk memastikan anggaran tersedia agar layanan yang dibutuhkan korban kekerasan bisa terpenuhi. Kami sudah menyiapkan shelter warga dan ini menjadi check point bagi kita semua bisa menemukan kasus-kasus kekerasan," ujarnya.
Harry juga mengaku sangat prihatin dengan banyaknya kasus kekerasan perempuan dan anak. Termasuk masih adanya kasus perkawinan anak di Kota Makassar. "Saya salut dengan kerja-kerja cepat dari DP3A yang selalu ada di garda terdepan dalam memberikan layanan dan menjawab persoalan-persoalan di masyarakat," katanya.
Sementara Sunarti Sain memberikan materi tentang pentingnya tokoh agama dan ibu-ibu majelis taklim menjadikan isu kekerasan terhadap perempuan dan anak sebagai bagian dari ceramah dan materi pengajian. "Saat ini kekerasan tidak hanya terjadi di dunia nyata tapi juga di dunia maya. Kekerasan berbasis gender online bahkan sangat perlu kita waspadai," terang Sunarti. (nad)