Film Tanah Moyangku: Pintu Masuk Kaji Sejarah Panjang Konflik Lonsum di Bulukumba

  • Bagikan
Nobar Film Tanah Moyangku di Sekretariat Agra Bulukumba, 11 Desember 2023.

BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Sekelompok aktivis dari berbagai organisasi di Kabupaten Bulukumba menggelar nonton bareng film Tanah Moyangku dalam rangka memperingati hari Anti Korupsi dan Hari Hak Asasi Manusia (HAM). Kegiatan yang sukses terlaksana itu dipusatkan di Sekretariat Agra Bulukumba, pada Senin, 11 Desember 2023, malam.

Nobar film Tanah Moyangku ini diikuti oleh puluhan peserta yang dari berbagai organisasi mahasiswa dan kepemudaan di Kabupaten Bulukumba.

Sejumlah organisasi yang terlibat dalam kegiatan ini, antara lain IMJ bahasa Indonesia Unismuh Bulukumba, dan BEM STIKES Panrita Husada Bulukumba.

Selanjutnya, IMJ  Pendidikan Bahasa Inggris Unismuh Bulukumba, IMJ Pendidikan Biologi Unismuh Bulukumba, Imaprodi Peternakan Unismuh Bulukumba, Pikom Pendidikan Bahasa Indonesia, dan AGRA Bulukumba.

Selain itu, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID juga terlibat sebagai media partner dalam kegiatan tersebut.

Film Tanah Moyangku merupakan film dokumenter yang diproduksi oleh Watchdoc Documentary. Film ini mengulas kisah seputar agraria yang ditarik ke aspek kesejarahan dipadu dengan kondisi aktual di mana bermunculan konflik agraria.

Setelah meraih penghargaan Ramon Magsaysay Award untuk kategori Emergent Leader tahun 2021, Watchdoc terus produktif dan konsisten memproduksi film dokumenter dengan tema HAM, anti korupsi, lingkungan, sosial, dan budaya.

Film Tanah Moyangku menjadi produksi terkini bekerja sama dengan Lembaga Penelitian Belanda KITLV.

Film Tanah Moyangku berangkat dari penelitian kolaborasi penelitin Belanda dan Indonesia Prof. Ward Berenschot, Prof. Otto Hospes, Prof. Afrizal, M.A dan Dr. Ahmad Dhiaulhaq yang kemudian diterbitkan menjadi buku berjudul Kehampaan Hak.

Film berdurasi 84 menit ini berangkat dari pengamatan Prof. Ward Berenschot dan menggali langsung sejarah sengketa lahan di Indonesia dengan mendiskusikan dengan sejarawan JJ Rizal dan penelusuran Prof. Afrizal yang mengamati konflik agraria yang terjadi di berbagai lokasi.

Nurdin selaku koordinator kegiatan menyampaikan bahwa dengan kegiatan Nobar ini diharapkan dapat memberikan wawasan mendalam tentang sejarah konflik agraria di Indonesia, serta memberikan panggung bagi pembicaraan lebih lanjut mengenai isu tersebut.

Termasuk soal konflik agraria yang terjadi di sekitar kawasan kebun industri PT. Lonsum di Kabupaten Bulukumba yang HGUnya akan berakhir pada 2023 ini.

"Nobar film ini menjadi momentum untuk mengkaji kembali sejarah konflik antara Lonsum dengan masyarakat, apalagi tahun ini HGUnya akan diperbaharui, dan itu harus dikaji kembali bagaimana persoalan Tanah rakyat yang diklaim dalam HGU selama ini," kata Nurdin.

Nurdin berharap kolaborasi antara kelompok maupun individu seperti pada kegiatan tersebut dapat terjalin sampai seterusnya agar terbangun aliansi perkotaan yang multisektor.

"Apalagi tahun ini konflik agraria yang berkepanjangan di Bulukumba memasuki periode pembaruan HGU oleh PT. Lonsum. Sehingga penting untuk membangun persatuan yang lebih kuat dalam menghadapi pembaruan HGU nantinya," harap Nurdin.

Selain nobar Tanah Moyangku, kegiatan ini juga diisi dengan panggung musik serta testimoni terkait Korupsi dan Ham dari berbagai perwakilan lembaga yang hadir. ****

  • Bagikan

Exit mobile version