Penulis: Andi Ayatullah Ahmad
BULUKUMBA -- Ada hal unik yang mungkin publik belum mengetahui dari sosok Bupati Bulukumba Andi Muchtar Ali Yusuf yang akrab disapa Andi Utta.
Jelang 3 tahun menjabat Bupati dan memimpin daerah yang berjuluk Butta Panrita Lopi ini, Andi Utta tidak sekali pun pernah duduk di meja kerjanya atau kursi jabatannya. Padahal secara simbolis, kursi bupati inilah yang orang-orang perebutkan setiap perhelatan Pilkada.
Mengapa dia bersikap demikian? Kenapa dia tidak menikmati kursi empuk itu? Kenapa dia dalam mengendalikan pemerintahannya tidak di belakang meja kerjanya? Apa sesungguhnya yang dia inginkan?
Jawabannya, tentu hanya beliau sendiri yang tahu dan memahaminya. Kita hanya bisa memotret dari gaya dan caranya bekerja.
Andi Utta adalah sosok pekerja, dia bukan tipe orang atau pejabat yang hanya bisa duduk di belakang meja untuk melakukan aktivitas tandatangan surat surat atau sekadar menerima tamu yang menghadap. Dua tahun, ia renovasi Kantor Bupati Bulukumba, namun sampai saat ini ia juga belum tergoda untuk sekedar duduk di meja kerjanya.
Stigma sosok pekerja bukan juga sesuatu yang instan. Penilaian itu berangkat dari kesuksesannya sebagai pengusaha yang ia rintis sejak 37 tahun lalu.
Gaya Andi Utta ini juga tentu sedikit berbeda dari pejabat kepala daerah pada umumnya. Ia mengaku lebih senang berada di lapangan daripada tunggu laporan dari bawahan. Untuk urusan administrasi, di mana saja ia bisa tandatangan. Model kepemimpinannya pun lebih fleksibel, ia mudah ditemui di mana saja.
Mungkin ini juga yang melatarbelakangi mengapa waktu Pilkada lalu, ia mengusung tema Dikerja Bukan Dicerita. Semangat ini yang membuat ia lebih nyaman bekerja di luar, bukan di ruang-ruang ber-AC, untuk hanya sekadar habiskan waktu jam kerja di kantor.
Cek per cek kebiasaan tidak duduk di ruangannya atau meja kerjanya memang dari dulu seperti itu. Di kantor perusahaannya, ia lebih suka duduk di meja sekuriti atau bercengkerama dengan karyawannya di gudang.
Ia mengaku tidak bangga atau merasa "besar kepala" dengan jabatan bupati. Kalau hanya kejar jabatan bupati, tapi tidak mampu mengubah nasib masyarakat menjadi lebih baik atau ekonominya menjadi baik, untuk apa katanya membanggakan jabatan itu.
Modelnya yang tidak birokratis berbanding lurus dengan capaian pembangunan yang ia persembahkan kepada masyarakat Bulukumba selama kepemimpinannya.
Hari ini, 12 Februari Puang Utta berulang tahun ke 57 tahun.
Semoga beliau senantiasa diberi kesehatan, kekuatan dan rezeki serta keberkahan dalam menjalankan amanah sebagai pemimpin Bulukumba tercinta. ***