BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Meski angka stunting Bulukumba saat ini turun dari 30 persen menjadi 28 persen, Bupati Bulukumba, Andi Muchtar Ali Yusuf, menginginkan agar menjadi nol persen. Itu disampaikan saat membuka Aksi III Konvergensi Penurunan Stunting (Rembuk Stunting) di Ruang Pola Kantor Bupati Bulukumba, Rabu, 13 Maret 2024.
"Angka stunting Bulukumba dari 30 persen lebih turun menjadi 28 persen lebih. Ini bisa lebih diturunkan lagi dengan kerja yang lebih terukur dan terstruktur," ujarnya di hadapan ratusan peserta Rembuk Stunting.
Bupati yang akrab disapa Andi Utta itu, juga meminta para kepala desa untuk lebih fokus lagi menangani stunting di desanya masing-masing. Meski anggaran terbatas, penurunan stunting harus jadi perhatian bersama.
Menurut Andi Utta, inflasi Bulukumba tergolong baik. Dengan demikian, ke depan harus diikuti dengan penurunan angka stunting yang lebih progresif.
"Inflasi kita bagus, tapi stunting masih cukup besar. Inflasi yang bagus salah satu tanda ekonomi bagus. Olehnya saya harap ke depan tak ada lagi saudara kita yang stunting. Kalau bisa zero stunting," ujarnya.
Andi Utta mengatakan, ekonomi merupakan kunci dari semuanya. Sehingga akar persoalan terjadinya stunting disebabkan oleh rendahnya ekonomi keluarga.
"Inti permasalahan dari hulu adalah ekonomi. Makanya pertanian Bulukumba harus digenjot. Pertanian didorong untuk memberdayakan ekonomi masyarakat," katanya.
"Saudaraku semua, saya terus upayakan agar ekonomi Bulukumba jauh lebih baik ke depan," tambah Andi Utta.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bulukumba, dr Wahyuni dalam laporannya menerangkan bahwa 8 aksi konvergensi percepatan penurunan strunting di daerah yang dibina dan dikendalikan oleh Kemendagri bersama dengan kementerian lembaga terkait.
Hal itu, kata dr Wahyuni, memiliki peran strategis sebagai kerja-kerja afirmasi penurunan stunting oleh Pemda Provinsi dan Kabupaten, di mana diharapkan dapat meningkatkan keberpihakan dukungan kebijakan dan anggaran daerah terhadap percepatan penurunan stunting yang lebih efektif, serta mendorong peningkatan kualitas intervensi layanan spesifik dan sensitif dari multisektor secara terpadu dan berkelanjutan.
"Sebelum pelaksanaan aksi 3 rembuk stunting ini, tim percepatan penurunan stunting sebelumnya telah melaksanakan aksi 1 dan aksi 2," ungkapnya.
Dari hasil aksi 1 dan aksi 2 tersebut, katanya, maka hari ini dilaksanakan rembuk stunting yang merupakan suatu langkah penting yang harus dilakukan Pemda untuk memastikan pelaksanaan rencana kegiatan intervensi pencegahan dan penurunan stunting secara terintegrasi.
Sementara itu, kepala desa Bontonyeleng Andi Mauragawali mengaku rembuk sunting bagus. Melalui rembuk stunting, akan diketahui data-data dan jumlah stunting yang ada di Bulukumba.
"Jumlah stunting di desa kami ada 22 orang. Pemberian makan tambahan (PMT) setiap hari itu, enam orang saja. Jadi enam orang kita intervensi makan, selebihnya itu susu," ujarnya.
Menurut pria yang akrab disapa Opu, salah satu kendala di lapangan adalah tingkat kehadiran masyarakat membawa bayinya ke Posyandu, itu jumlahnya sedikit. Ia mencontohkan di desanya, dari 22 kasus stunting, yang datang itu sekira sepuluh orang saja.
"Kenapa seperti itu?. Alasannya, dia tidak mau anaknya disebut stunting. Itu masalahnya," jelasnya. ***