BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Dua anak-anak di Kabupaten Bulukumba telah meninggal dunia karena penyakit demam berdarah atau DBD.
DBD telah menjadi momok yang mengkhawatirkan bagi masyarakat Bulukumba, dengan catatan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Bulukumba yang mencatat 130 orang terjangkit demam berdarah dalam sepekan terakhir.
Dua dari total yang terjangkit meninggal dunia, keduanya adalah anak-anak. Mereka adalah UN, berusia 8 tahun warga Taccorong, Kecamatan Gantarang, dan seorang anak berusia 5 tahun warga Bontotiro.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bulukumba, dr. Amrullah, membenarkan data tersebut.
Dr. Amrullah menjelaskan bahwa peningkatan kasus DBD di Bulukumba tidak terlepas dari kondisi cuaca yang bervariasi.
"Setiap tahun, dalam kondisi cuaca seperti saat ini di mana kadang hujan dan kadang panas, serta perubahan kelembaban, pasti menimbulkan banyak tempat perindukan nyamuk di mana-mana, baik di lingkungan rumah maupun di luar rumah," jelasnya.
Untuk mengatasi hal ini, Dinkes Bulukumba telah melakukan upaya preventif melalui gerakan 3M Plus, yaitu Menutup, Menguras, Mendaur Ulang, dengan melibatkan media sosial sebagai sarana edukasi dan penyuluhan massal di masyarakat.
Meskipun demikian, perubahan cuaca dan tingginya intensitas hujan di beberapa daerah masih menjadi faktor peningkatan kasus DBD.
Fogging menjadi permintaan banyak masyarakat, meskipun Amrullah menekankan bahwa fogging bukanlah solusi utama. Yang lebih penting adalah menerapkan perilaku hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan.
Amrullah mengimbau masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk secara serentak dan berkelanjutan setidaknya seminggu sekali di rumah dan lingkungan masing-masing.
"Harapannya, dengan langkah-langkah preventif yang diambil, kasus DBD di Bulukumba dapat ditekan, dan masyarakat dapat hidup lebih sehat serta nyaman dari ancaman penyakit DBD," tukasnya. ****