Hikmah Ramadan: War Takjil atau War Pahala

  • Bagikan
Ilustrasi war takjil (AI-Generated)

"War Takjil atau War Pahala?"

Andi Muhammad Asbar, Dosen STAI Al-Gazali Bulukumba


Oleh: Andi Muhammad Asbar
(Dosen STAI Al-Gazali Bulukumba)

Salah satu istilah yang viral pada Ramadan tahun 2024 adalah ‘War Takjil’, sangat banyak berseliweran di internet sebagai judul berita. ‘War Takjil’ juga dijadikan sebagai isu hits bagi kalangan konten kreator, untuk disebar di Media Sosial, seperti TikTok, Facebook, Instagram, dan Youtube. Saya pun tidak mau ketinggalan, untuk menggunakan istilah tersebut, sebagai judul tulisan saya.

‘War Takjil’ menggambarkan kondisi umat Islam yang menjalani ibadah puasa, lalu berebut takjil di pusat kuliner sebagai hidangan buka puasa di meja makan. Motifnya adalah takut kehabisan atau tidak dapat bagian takjil favorit, sehingga kita pun ‘bersaing’ dan rela antri untuk beli takjil. Karena, telat sedikit anda tidak kebagian.

Kita tentu, sangat berbahagia karena fenomena ‘War Takjil’ menguntungkan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang sedang berjuang meraup berkah di bulan Ramadan. Vibes ramadan, nyatanya juga dinikmati oleh kalangan Non Muslim untuk berebut takjil, sajian makanan sangat melimpah ruah di bulan ramadan, itulah yang membuat macet jalan raya khususnya di area pusat kuliner. Tetapi, ada catatan penting dari fenomena ‘War Takjil’ yakni mereka yang aktif berburu takjil mungkin memiliki cukup uang untuk membeli. Namun, mereka yang kekurangan mungkin tidak akan menjadi peserta ‘War Takjil’

Selain fenomena ‘War Takjil’ yang identik pada musim ramadan, mungkin istilah ‘War Pahala’ juga cukup aktual dipakai di bulan suci. Karena, orang tidak hanya berebut takjil, tetapi ramadan menjadi ‘medan juang’ bagi umat Muslim untuk mengejar pahala yang tidak terbatas. Dasarnya jelas, yakni 'fastabiqul khairat' memiliki arti berlomba-lomba (dalam berbuat) kebaikan (QS Al-Baqarah/1: 148).

Salah satu masjid di Bulukumba bernama Al Muawwanah yang letaknya di Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Terang-Terang, mengadakan 'Program I’tikaf' pada 10 hari terakhir bulan ramadan. Istilah ‘i'tikaf’ merujuk pada ibadah yang dilakukan dengan cara mengisolasi diri di dalam masjid di waktu tertentu bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ragam aktivitas ibadah dilakukan demi berharap pahala dan ampunan dari yang Sang Pencipta. Inilah, salah satu penjelasan dari maksud ‘War Pahala’ khususnya pada bulan Ramadan.

Segmentasi ‘War Pahala’ sangatlah luas mencakup semua unsur ibadah yang mendatangkan pahala, dibutuhkan tekad kuat, waktu atau kesempatan bahkan tidak butuh pengeluaran yang banyak. Karena, sangat banyak orang-orang yang rela menjadi donatur menyediakan hidangan sahur untuk disantap oleh mereka yang menjalani i’tikaf. Inilah yang menjadi pembeda dengan aktivitas ‘War Takjil’ yang membutuhkan uang banyak.

Rugilah umat Islam yang tidak menjadi peserta ‘War Pahala’, sedangkan kita menyakini pahala di bulan ramadan itu digelembungkan (digandakan) oleh Allah SWT. Ruang berebut pahala tidaklah terbatas, yang miskin maupun kaya memiliki kesempatan yang sama untuk berharap kepada Tuhan. Bagi yang miskin berharap perubahan nasib, yang kaya raya mungkin memiliki permintaan agar hartanya awet dan berberkah.

Baik ‘War Takjil dan War Pahala’, masing-masing memiliki kelebihan. Sebab, Fenomena ‘War Takjil’ akan menumbuhkan peluang ekonomi bagi masyarakat juga kabar baik dengan tumbuhnya UMKM di sebuah daerah sekalipun bersifat situasional, tetapi diharapkan usahanya bisa terus berlanjut pasca ramadan. Sedangkan, ‘War Pahala’ menguatkan kesadaran pentingnya berbuat baik sebagai bekal akhirat untuk dilaporkan kepada Tuhan kelak nanti. ****

  • Bagikan

Exit mobile version