RADARSELATAN.CO.ID -- Para jemaah haji lanjut usia (lansia) mendapat keistimewaan dalam pelayanan dalam melaksanakan ibadah haji tahun ini. Di antaranya, mereka mendapatkan kursi kelas bisnis di pesawat, mendapatkan makanan khusus yang lebih lunak, sampai digendong saat akan naik bus.
Tahun ini, jumlah jemaah haji lansia masih sangat banyak. Data Kementerian Agama (Kemenag) mencatat, ada 45.678 jemaah dengan usia 65 tahun ke atas alias 21,41 persen dari total kuota jemaah yang didapat Indonesia.
Untuk memuliakan mereka, Kemenag kembali mengusung tagline Haji Ramah Lansia di tahun ini. Sejumlah langkah dilakukan untuk mengimplementasikan program itu.
Dalam penerbangan, mereka ditempatkan di kursi prioritas (bisnis), baik saat menuju ke Tanah Suci maupun ketika kembali ke Tanah Air. "Ini bagian upaya Kemenag mewujudkan Haji Ramah Lansia," terang Jubir Kemenag Anna Hasbie.
Saat tiba di bandara di Tanah Suci, para lansia disambut dengan layanan optimal. Para petugas haji sigap menyambut mereka dengan menawarkan berbagai bantuan. Mulai dari membawakan barang bawaan, menuntun, menawarkan naik kursi roda. Bahkan, saat hendak naik bus, jemaah lansia tersebut banyak yang digendong atau dibopong oleh petugas.
Dari sisi konsumsi, makanan untuk lansia juga khusus. Meski pun menunya sama, makanan mereka dibuat lebih lembut. Tujuannya, agar makanan untuk lebih mudah dikunyah dan dicerna para lansia.
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menerangkan, Meez Mary Kitchen For Serve Meals, perusahaan katering yang dikontrak Kementerian Agama (Kemenag), menyajikan 20 persen makanan ramah lansia. "Makanan disajikan dengan menu yang sama, hanya nasi dan lauknya dimasak agar lebih halus dan lembut. Salah satu pilihannya dalam bentuk nasi tim," terangnya.
Untuk transportasi di Tanah Suci, Kemanag menyiapkan Bus Salawat yang ramah lansia dan disabilitas. Jumlahnya ada 20. Untuk memudahkan jemaah naik, deck bus bisa diturunkan. Pintu bus juga dilengkapi deck yang bisa dilewati kursi roda.
"Ini memudahkan lansia dan disabilitas untuk mengakses masuk bus. Ini kemajuan dari pelayanan," terang Yaqut.
Sedangkan untuk keperluan pribadi jemaah lansia, Kemenag membuka kuota khusus pendamping. Anna Hasbie menerangkan, ada sejumlah kebutuhan layanan lansia yang tidak bisa secara optimal diakses petugas. Untuk itu, keberadaan pendamping, yang umumnya adalah keluarga, menjadi penting. "Ada kebutuhan layanan di kamar mandi yang mungkin lebih pas jika keluarga yang mendampingi lansia," imbuhnya.
Dalam pelaksanaan ibadah, jemaah lansia juga mendapatkan pelayanan maksimal. Petugas memberikan layanan dorong kursi roda untuk lansia yang kecapekan atau tidak bisa jalan. Salah satunya, saat mereka hendak beribadah ke Raudhah, di Masjid Nabawi.
Layanan ini dirasakan Rasuna binti Walek bin Abas, nenek berusia 73 asal Batam. Nenek Rasuna bersama rombongan mendapat jadwal ke Raudhah Senin (13/5). Jadwal masuknya adalah pagi, bertepatan waktu Duha.
Nenek Rasuna awalnya tidak yakin bisa masuk Raudhah. Sebab, kakinya sakit jika berjalan jauh karena pengapuran. Dia bersyukur ada petugas yang membantu dan mengantarnya dengan kursi roda.
“Awalnya saya sedih sekali dan merasa tidak yakin, bisa atau tidak saya ikut rombongan pergi ke Raudhah. Ya Allah, saya rasanya tidak percaya bisa sampai ke Raudhah. Karena kaki saya ini sakit dan sulit untuk berjalan jauh sejak saya mengalami pengapuran tulang. Yang pasti saya sangat bersyukur atas nikmat dari Allah Swt," cerita Nenek Rasuna, di kamar Hotel Safwat Al Madinah, Selasa (14/5).
Dia sangat bersyukur atas layanan petugas. Menurutnya, para petugas sangat baik membantu mencarikan kursi roda dan mendorongnya untuk masuk Raudhah.
“Masya Allah, baik semuanya. Maaf ya Nenek bikin repot. Nenek mau kasih uang imbalan buat ucapan terima kasih juga dia tidak mau,” kata Nenek Rasuna, sambil menunjuk Irnawati, salah satu Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang mendorongkan kursi rodanya. (*)