MAKASSAR, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Bakal calon gubernur Sulsel, Dr Ilham Arief Sirajuddin (IAS) menjadi yang pertama mendaftar di Partai Demokrat Sulsel. IAS secara resmi mengembalikan formulir Kantor DPD Demokrat Sulsel, Jalan Mirah Seruni, Panakkukang, Makassar, Jumat 17 Mei 2024.
"Kehadiran kami di sini menandakan dua hal. Pertama bentuk apresiasi pada Partai Demokrat sekaligus optimisme bisa jalan bersama pada Pilgub mendatang. Yang kedua, bentuk keseriusan kami. Apa yang sudah kami mulai insya Allah akan kami selesaikan," terang sosok yang dikenal luas dengan tagline GubernurKu itu.
IAS tiba sekira pukul 10.30 Wita bersama rombongan. IAS ditemani istrinya yang juga Pengurus DPP Demokrat, Aliyah Mustika Ilham (AMI) serta sejumlah kerabat dekatnya seperti Jafry Y Timbo dan Saad Iranda Dollar.
Mantan Ketua Demokrat Sulsel itu diterima langsung Ketua DPD Demokrat Sulsel, Ni'matullah SE, serta pengurus terasnya. Tampak juga Ketua Bappilu DPD Demokrat Sulsel, Selle KS Dalle.
Di awal sambutan, Wakil Ketua DPRD Sulsel itu mengakui IAS sebagai figur bacagub Sulsel yang paling serius dan konsisten menatap pilgub Sulsel ini.
Itu terlihat dari konsistensi IAS mendeklarasikan diri ingin maju sejak dua tahun terakhir, lalu hadir di Demokrat untuk mendaftar hari ini.
"Demokrat memang mencari pemimpin yang bisa melaksanakan apa yang dia katakan. Bisa mewujudkan kelak apa yang ia programkan. Makanya, Demokrat menatap pilkada 2024 ini mengusung tagline Beradab dan Solutif," terang Ni'matullah.
Ulla--sapaan akrab Ni'matullah-- mengurai mengapa partai berlambang Bintang Mercy itu ingin pilkada 2024 ini lebih beradab dan solutif.
"Fenomena pileg 2024 lalu begitu mengerikan. Mereka yang mendapat tempat seolah yang memiliki isi tas saja. Ini bahaya bagi wajah demokrasi bangsa ke depan. Seolah menggadaikan masa depan bangsa ini hanya karena selembar dua lembar uang saja. Demokrat ingin berada di baris terdepan mendidik masyarakat melawan fenomena ini," kata dia.
Juga, Demokrat ingin mencari gubernur Sulsel 2024 bukan hanya punya isi tas saja, tapi juga punya isi kepala. Punya gagasan dan program yang dia utarakan dan itu bisa dia wujudkan.
"Bisa menawarkan solusi lewat kemampuan kerja yang mumpuni. Kita mencari sosok pemimpin harus rasional. Kompetensi dan kapasitasnya wajib oke untuk menjawab masalah daerah kita ke depan," tukas dia lagi.
Dia lalu mengajak kelompok elite dan media untuk bisa bersama-sama mencerdaskan pemilih agar tidak melihat pemimpin dari isi tas saja.
"Sangat berbahaya. Proses pemilihan pemimpin menjadi terdistorsi. Efeknya, yang lahir adalah pemimpin yang tidak bisa menyelesaikan program-programnya. Kita paham bahwa dalam lima tahun pemerintahan tidak semua bisa diselesaikan, tapi paling tidak kita tahu apa yang diprogramkan bisa dilaksanakan.
"Sekali lagi, sangat bahaya kalau pemimpin hanya punya isi tas. Pemilihan menjadi tidak beradab. Demokrat tidak mau itu," tandasnya.****