Dr. Supriadi Menapaki Politik Sebagai Jalan Pengabdian

  • Bagikan

Mengabdi lewat jalur politik merupakan cita-cita yang dibangun Dr. Supriadi sejak remaja. Di usia 18 tahun dia memilih menjadi partisipan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk menggali ilmu politik.

Sekalipun wajah politik tercoreng oleh intrik kotor oknum politisi namun masyarakat tak boleh menyerah memupuk harapan perubahan yang baik lewat politik. Ini yang menjadi bagian dari kampanye Supriadi, caleg terpilih Kabupaten Bulukumba periode 2024-2029.

Namun menurutnya, angan-angan itu hanya bisa dicapai jika politisi membangun komitmen dalam dirinya untuk menjadikan politik sebagai jalan pengabdian.

“Memang selama ini ban-yak sekali perilaku para politisi yang membuat masyarakat berfikir negatif, tapi bukan berarti kita melepas peran di politik dan membiarkan perilaku kotor dalam politik terus menjadi- jadi,” tegas alumni S3 Ehime University, Jepang itu.

Politik juga bisa menjadi panggilan jiwa dan jalan pengabdian untuk bermanfaat seluas-luasnya. Politik adalah sarana untuk menyalurkan kebaikan dan bermanfaat untuk lebih banyak orang. Melalui politik, kita bisa memberikan banyak pengaruh dan ikut campur dalam kebijakan yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

“Kami memandang bahwa ikut mengambil bagian dalam berpolitik adalah salah satu cara membuat perubahan besar. Menjadi caleg adalah langkah untuk berbuat lebih banyak,” ujarnya.

Hal inilah yang memperkokoh niatnya untuk berkiprah di politik. Padahal dengan jenjang pendidikan dan pengalamannya, karirnya juga terbuka lebar untuk menjadi staf pengajar di kampus ternama dan peluang bekerja di lembaga riset dan perusahaan nasional.

Supriadi memilih PKS sebagai partainya, bukan tanpa alasan.Politisi PKS banyak menginspirasi dirinya baik di tingkat daerah maupun di level nasional.

Ketertarikannya itu mendorongnya bergabung di Unit Pembinaaaan Anggota PKS sejak tahun 2008. Dari pendukung partai hingga menjadi dewan pakar di DPD PKS Bulukumba sejak tahun 2022.

“Kaderisasi ini penting untuk regenerasi kepemimpinan di partai. Kader yang matang dalam proses kaderisasi akan memiliki kepahaman ideologi partai yang dalam dan tanpa kader partai yang matang sulit untuk menjadikan parpol sebagai pusat ide atau gagasan,” jelasnya.

Hal yang ingin diperjuangkan pria kelahiran Bontotiro 1990 ini melalui politik; keadilan yang inklusif untuk semua kalangan dan kesejahteraan masyarakat. Titik fokusnya adalah keadilan dan kesejahteraan untuk masyarakat desa, dan menekan laju arus urbanisasi.

Menurutnya, masalah umum di parlemen adalah kurang kuatnya fungsi DPRD sebagai pengawas dan kontrol eksekutif. Masih banyak kebijakan yang perlu dikaji dan membutuhkan konsen DPRD. Legislatif saat ini tampak lebih condong pada isu ekonomi dan keamanan sementara dalam pembahaasan isu sosial dan lingkungan masih minim.

Sebagai generasi milenial, menurutnya yang harus bertengger di kepala adalah pikiran yang luas atau think globally dan keberlanjutan atau sustainability. Lulusan S2 IPB 2016 ini mengungkapkan beberapa hal yang perlu dikawal dengan baik di isu lingkungan.

“Dari segi lingkungan terkait rencana pemkab ke depan membangun pabrik amonia dan bendungan raksasa. Selain itu termasuk tata kelola sampah di Kabupaten Bulukumba juga butuh perhatian dan juga tentang perda terkait kawasan bebas rokok,” tambahnya. (sum/has/B)

Penulis: SumEditor: Haswandi Ashari
  • Bagikan