Festival Kampung Halaman, yang digagas oleh Sanggar Seni Al Farabi, berhasil mengembalikan kenangan dan ingatan tentang kehidupan pedesaan yang autentik, penuh dengan rumah, kebun, sawah, dan jejak-jejak kehidupan sederhana. Acara ini berlangsung di Kebun Bersama, Desa Bontosunggu, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba pada Sabtu, 20 Juli 2024.
Reporter: Baso Marewa
Sejak sore hingga malam, ratusan orang berkumpul di lokasi festival. Warga desa berbaur dengan pengunjung dari berbagai tempat, bersama-sama menyaksikan berbagai pertunjukan kesenian yang memukau.
Panggung acara terhampar di tanah, beratap langit, dan dikelilingi rimbun pohon bambu, menciptakan suasana yang penuh keakraban dan nostalgia.
Festival ini menampilkan berbagai kesenian tradisional yang sudah jarang ditemui. Pengunjung disuguhi penampilan musik tau riolo dari Kajang, sebuah alunan musik yang menggugah kenangan masa lalu.
Selanjutnya, tradisi mabbaca, sebuah upacara pembacaan doa yang ditampilkan dengan tarian yang diciptakan oleh Al Farabi Squad, juga turut memeriahkan acara, menambah kesakralan dan kekhidmatan suasana.
Selain itu, pertunjukan paggambus dari Desa Bontonyeleng menjadi salah satu daya tarik utama. Alunan musik gambus membawa penonton terhanyut dalam suasana pedesaan yang damai dan penuh kehangatan.
Dalam kegiatan tersebut juga digelar pameran benda pusaka dan alat pertanian tradisional, yang semakin membawa ingatan kita terhadap situasi kampung halam tempo dulu.
Tidak hanya itu, festival ini juga menjadi ajang silaturahmi bagi semua yang hadir, mempererat hubungan antar warga, pengunjung, dan penyelenggara kegiatan.
"Suasana yang sudah sangat jarang kita temui ini adalah kemewahan yang sesungguhnya. Bisa menyaksikan musik tradisional dan bertemu dengan banyak orang dalam suasana yang begitu akrab dan alami," ujar Anjar, salah satu pengunjung yang hadir.
Festival Kampung Halaman tidak hanya menjadi panggung bagi kesenian tradisional, tetapi juga menjadi momen penting untuk mengenang kembali nilai-nilai kehidupan yang mungkin telah terlupakan.
Dengan suasana yang begitu akrab dan alami, festival ini berhasil menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi semua yang hadir.
Kegiatan ini menunjukkan betapa pentingnya melestarikan budaya dan tradisi lokal, serta bagaimana kesenian dapat menjadi jembatan untuk merajut kembali kenangan indah di kampung halaman.
Sanggar Seni Al Farabi telah berhasil membawa kita semua dalam perjalanan nostalgis yang penuh makna, mengingatkan kita akan pentingnya rumah, kebun, sawah, dan setiap jejak kehidupan di dalamnya.
"Alhamdulillah, acara berjalan lancar sesuai dengan konsep yang kami buat, dan terima kasih untuk teman-teman yang sempat hadir, melebur bersama alam dan pertunjukan seni yang sederhana," ucap Andi Ichdar Al Farabi, selaku kepala suku Al Farabi Squad.
Andi Ichdar mengungkapkan bahwa sebenarnya perencanaan kegiatan tersebut terbilang singkat, namun lokasi kegiatan yakni Kebun Bersama sudah sangat memadai untuk menggelar kegiatan.
"Kami tidak banyak merubah artistik dari venue yang kami pakai, yakni suasana kebun. Dari segi penampil pertunjukannya kami juga berusaha untuk menampilkan originalitas," ungkapnya.
Kecuali karya seni yakni tarian mabbaca yang disuguhkan oleh Sanggar Al Farabi, menurut Andi Ichdar, itu diciptakan berdasarkan hasil risetnya dan selanjutnya diadaptasi dalam bentuk karya tari.
Andi Ichdar juga mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut terselenggara tidak terlepas dari sokongan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah XIX.****