BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Yayasan Lembaga Mitra Ibu dan Anak (LemINA) berkerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Bulukumba, atas dukungan dari UNICEF, dengan bangga mempersembahkan kegiatan "Launching Pengembalian Anak Tidak Sekolah melalui pendekatan keluarga dan Gelar Aksi Remaja" berlangsung di Hotel Agri, Bulukumba, Rabu 11 September 2024.
Kegiatan yang dirangkaikan berbagai termasuk presentasi dari hasil pembelajaran modul pemberdayaan yang diwakili oleh remaja PKBM Nadya, Afsana, Mattiro Baji, dan Bukit Tinggi, juga ada talkshow bertema “Remaja Kuat, Remaja Ber-Aksi!” bersama siswa pesantren dan madrasah yang diwakili oleh siswa dari pesantren Nurul Falah, pesantren Babul Khaer, MAN 2 Bulukumba, dan MTSN 6 Bulukumba.
Di samping itu, di kegiatan ini tersedia pameran produk UMKM PKBM dan hasil karya hingga pentas seni dan budaya oleh para remaja sebagai bentuk ekspresi dan penghargaan terhadap kebudayaan lokal.
Turut hadir Wakil Bupati Bulukumba H. A. Edy Manaf serta dihadiri dari Pihak UNICEF, beberapa OPD/Lembaga Instansi yang terlibat selama program, penerima manfaat dari Pesantren Nurul Falah dan Babul Khaer, Peserta Madrasah dari MAN 2 Bulukumba dan MTsN 6 Bulukumba, 28 PKBM dan SKB di Bulukumba, serta perwakilan dari Desa Binaan Desa Dampang dan Desa Darubiah dengan rencana total peserta sekitar 250 orang.
H. A. Edy Manaf dalam sambutannya menyampaikan upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan pendidikan di Kabupaten Bulukumba harus senantiasa dibenahi seiring dengan tuntutan dan kebutuhan layanan pendidikan itu sendiri, yang harus dilaksanakan secara profesional, menyeluruh, bermutu dan merata.
"Atas kebutuhan tersebut, menjadi penting dilakukan upaya identifikasi persoalan dan perencanaan yang baik, sehingga akan berdampak pada peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bulukumba, yang saat ini berada pada angka 73,64," sebutnya.
Tentunya dengan visi misi dan program pendidikan kita ke depan, maka IPM Bulukumba sebagai salah satu Indikator Makro Pembangunan harus meningkat, sehingga kita menargetkan IPM Bulukumba harus masuk 5 besar di Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam sektor pendidikan, Pemerintah Kabupaten Bulukumba memiliki Misi Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia melalui Pendidikan dan Kebudayaan yang Berkarakter Kearifan Lokal Dimana salah satu program prioritasnya adalah menciptakan Generasi Emas Bulukumba.
"Program generasi emas ini adalah upaya pemetaan potensi sumberdaya anak didik sejak dini di sekolah, madrasah dan pesantren untuk dilakukan pendampingan, pembinaan secara khusus, sehingga potensi dan bakat yang dimiliki oleh anak-anak kita bisa lebih berkembang dan lebih kompetitif," bebernya.
Namun demikian, kita menyadari bahwa dalam meningkatkan dan mengembangkan pengelolaan pendidikan memiliki tantangan tersendiri dalam mewujudkannya, termasuk kendala dan tantangan kita saat ini dengan banyaknya anak-anak Bulukumba yang putus sekolah atau tidak sekolah. Angka anak tidak sekolah umur 7 sampai 21 tahun ini cukup tinggi, yaitu 1.720 orang dan baru tertangani sekitar 958 anak. Sehingga tentu ini akan berpengaruh pada rata rata lama sekolah dan harapan lama sekolah yang perhitungannya pada usia 25 tahun.
"Inilah yang menjadi pekerjaan yang harus kita tangani dan tuntaskan bersama, sehingga anak-anak kita ini dapat kembali bersekolah, sebagai pemenuhan hak dasar mereka dalam mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas," tambahnya.
Dikesempatan ini, beliau mengajak kepada seluruh masyarakat bahwa semua memiliki tanggungjawab agar anak-anak tersebut kembali bersekolah meski berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing anak tersebut. Dengan kesadaran, komitmen, dan rasa tanggungjawab kersama melalui Aksi Kolaborasi ini, maka permasalahan ini dapat diselesaikan demi mewujudkan generasi emas Bulukumba ke depan.
"Saya kira, Program Percepatan Penanganan Anak Tidak Sekolah yang dilaksanakan oleh Pemerintah kerjasama UNICEF sudah bagus karena telah memiliki system atau peta jalan dan rencana aksi yang akan dilakukan.
Namun tinggal dibutuhkan kemauan dan komitmen dari pihak yang terlibat (Camat, Lurah dan Kepala Desa) untuk melakukan kerja-kerja nyata di lapangan, termasuk melakukan pendataan kembali terhadap anak tidak sekolah," tuturnya.
Terpisah, Program Manager LemINA, Nurfitriana menjelaskan bahwa kegiatan oni merupakan bagian dari Program Remaja Perempuan Terintegrasi, sebuah inisiatif yang bertujuan untuk memberdayakan remaja perempuan, terutama yang berasal dari kelompok rentan, melalui pendekatan holistik yang melibatkan pendidikan, kesehatan, dan perlindungan anak. Salah satu tujuan Program Remaja Perempuan Terintegrasi adalah mengembalikan ATS ke dalam sistem pendidikan formal maupun non-formal, melalui berbagai bentuk dukungan seperti bimbingan belajar, pelatihan keterampilan, dan penguatan motivasi belajar.
"Program ini juga fokus pada kesehatan remaja perempuan, termasuk Manejemen Kesehatan Menstruasi (MKM) hingga kesehatan mental. Selain Itu, Program ini mempromosikan lingkungan yang aman bagi remaja perempuan dengan mengedukasi komunitas tentang hak-hak anak, mengurangi risiko kekerasan berbasis gender, dan mendorong kebijakan yang melindungi remaja perempuan dari kekerasan dan eksploitasi,"
Lebih lanjut ia mengungkapkan Launching dan Gelar Aksi Remaja ini dirancang untuk memberikan ruang bagi para remaja, terutama ATS, untuk mengekspresikan kreativitas, aspirasi, dan kontribusi mereka dalam berbagai bidang. Kegiatan ini juga menjadi ajang untuk menunjukkan hasil-hasil positif dari program yang telah berjalan, serta menginspirasi lebih banyak remaja dan masyarakat untuk berperan aktif dalam mendukung pendidikan dan pemberdayaan anak-anak dan remaja.
"Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menjadi momentum penting dalam memperkuat sinergi antara pemerintah, organisasi masyarakat, dan komunitas untuk menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang remaja, khususnya mereka yang rentan dan membutuhkan perhatian lebih. Launching Pengembalian Anak Tidak Sekolah dan Gelar Aksi Remaja juga menjadi bagian dari upaya untuk mempromosikan kesadaran tentang pentingnya pendidikan inklusif dan perlindungan anak di Bulukumba," tutupnya. ****