MAKASSAR, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Makassar Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika Ilham (Appi-Aliyah) merajai poling media sosial belakangan ini.
Mereka unggul di berbagai platform dan tampak konsisten. Mulai dari Facebook, Instagram, Tiktok dan lainnya.
Menanggapi fenomena ini, pemerhati sekaligus Dosen Prodi Teknologi Informasi Universitas Bosowa, Abdillah SAS, S.Kom., M.Pd menegaskan bahwa jika pasangan calon pilkada secara konsisten unggul di berbagai poling pada ragam platform, itu menjadi indikasi tim kampanye digital dan tim kontra propaganda digital paslon bekerja dengan baik.
Abdillah yang biasanya melakukan riset tentang literasi digital (kemampuan digital, etika digital, budaya digital, dan kemanan digital) mengamini bahwa hasil poling yang menunjukkan tren positif jelas akan mengangkat moral tim paslon yang unggul sehingga lebih giat berkampanye.
Meski begitu, Abdillah mengingatkan bahwa paslon dengan hasil poling medsos tinggi tidak bisa terlena.
Menurutnya, poling di medsos punya kekhasan sendiri. Itu karena setiap platform media sosial punya demografi tersendiri sehingga bisa berbeda preferensinya antara satu dengan yang lain.
"Contoh untuk Facebook itu didominasi umur 30-an ke atas. Sedang untuk Instagram, TikTok di dominasi kalangan 30-an ke bawah. Di twitter (x) beda lagi, di sini kadang lebih realistis," jelasnya, Jumat 27 September 2024.
Selain itu, ia juga mengingatkan bahwa kadang kala polling di media sosial diisi dan dishare dalam lingkaran paslon tertentu.
"Alhasil, kita kadang melihat hasil polling 1 yang memenangkan paslon A, di sisi lain kita lihat survei 2 memenangkan paslon B, begitu seterusnya. Jadi agak susah untuk menjadikan polling online khususnya dalam kontestasi sebagai referensi," tegasnya.
Akan tetapi, ia percaya bahwa konsistensi pasangan calon dalam poling tidak bisa dinafikan. Hanya saja, Abdillah memastikan bahwa tim paslon itu harus berusaha menguji temuan survei itu dengan melakukannya di semua platform.
Itu, menurut dia mesti dilakukan untuk memperkuat keyakinan bahwa mereka memang unggul di jagad maya.
"Jika semua survei yang ada di media sosial ada paslon yang konsisten di berbagai polling dalam posisi unggul, (maka) untuk membuktikan bahwa memang unggul coba dibagi di platform lain yang netral seperti Twitter (x) untuk melihat hasil dari sudut pandang lain," pintanya.
Jika masih juga unggul, bisa dinilai, pertama, untuk kalangan media sosial paslon ini memang unggul.
"Kedua itu tadi, tim kampanye digital dan tim kontra propaganda digital paslon bekerja dengan baik," jelasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa fenomena apa pun di media sosial tidak boleh jadi kiblat utama.
"Namun catatan sekali lagi media sosial tidak mewakili akar rumput secara keseluruhan," tandasnya. ***