BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Pepatah lama “kasi kailnya, jangan kasi ikannya” yang mengajarkan pentingnya usaha dalam mencari rezeki kini nampak mulai tidak relevan di Bulukumba.
Filosofi ini memang bertujuan mengajarkan seseorang untuk bekerja keras, seperti memancing dulu sebelum mendapatkan ikan. Jika seseorang hanya diberi ikan tanpa diajarkan memancing, ikan tersebut akan cepat habis. Namun, dalam situasi yang dihadapi nelayan saat ini, pepatah tersebut mulai kehilangan maknanya.
Nelayan di Bulukumba kini menghadapi tantangan besar. Ikan di laut semakin sulit ditemukan, memaksa nelayan untuk berlayar hingga 9 sampai 12 jam menuju fishing ground ke area taka-taka (gugusan terumbu) karena perairan pesisir semakin kekurangan ikan.
Menyikapi kondisi ini, Pemerintah Kabupaten Bulukumba, melalui Dinas Perikanan, membuat terobosan kebijakan yang membalik filosofi lama tersebut menjadi "Jangan Kasi Kailnya, Tapi Kasi Ikannya".
Menurut Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan, Yusli Sandi, kalau kita memberikan kail, bagaimana cara nelayan mendapatkan ikan sementara populasi ikan semakin berkurang.
"Hal yang paling penting saat ini adalah menyiapkan populasi ikan terlebih dahulu, baru kemudian menyediakan sarana penangkapannya," katanya, Rabu, 30 Oktober 2024.
Dasar dari kebijakan ini, lanjut Yusli adalah peningkatan populasi ikan melalui pemasangan rumpon (fish aggregating devices), yang bertujuan untuk menciptakan ekosistem tempat ikan berkembang biak.
"Buat apa menyediakan jaring, perahu, dan alat tangkap lainnya jika ikannya kurang, oleh karena itu, pengadaan bantuan yang biasanya populer di kalangan nelayan, seperti perahu, fiber, mesin katinting, gill net, dan purse seine, sementara dikurangi karena penggunaan jenis bantuan ini juga bertendensi pribadi bahkan agak politis, fokus utama saat ini adalah mengembalikan populasi ikan," jelasnya (**).