H-5 Pencoblosan, Timbang-Menimbang dari Hasil Debat Kedua Paslon Bupati dan Wakil Bupati Bulukumba

  • Bagikan

Oleh: Fraksi Pancacita

BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Kurang dari seminggu lagi, nahkoda Bulukumba untuk 5 tahun kedepan akan ditentukan. Pasangan JADIMI dan Harapan Baru berikut timnya saat ini lagi asik-asiknya membangun branding di sosial media maupun kampanye langsung. Terpantau beranda facebook masih terus dihiasi oleh cuplikan Debat Kedua Calon Bupati dan Wakil Bupati Bulukumba, Kamis, 14 November 2024 lalu di Hotel Gammara Makassar. Kedua pasangan tampil “nyentrik” dengan baju khas masyarakat adat kajang oleh JADIMI, serta batik motif Bulukumba melekat di Harapan Baru. Tema debat kedua yang diangkat adalah “Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik dan Lingkungan Hidup untuk Kesejahteraan Sosial Masyarakat Bulukumba”.

Berbeda dengan debat pertama, JADIMI dan Harapan Baru terlihat lebih seimbang dalam jual-beli serangan argumen, tidak ada yang bertahan, keduanya menyerang. Pembahasan seputar aksesibilitas pelayanan publik, isu lingkungan hidup, hingga pembangunan berkelanjutan (SDGs) dibahas satu per-satu. Cakupan pembahasan cukup meluas, alhasil beberapa poin masih kurang detail hingga ke taraf implementasi. Banyak permasalahan seksi juga dimunculkan ke permukaan seperti polemik lahan Lonsum - Kajang dan isu Taman Hutan Rakyat (Tahura) Lemo-lemo.

Pelayanan Inklusif untuk Penyandang Disabilitas dan Kelompok Rentan Menjadi Tanda Tanya Besar

Satu isu yang urgen dan seksi namun kurang populis dibahas adalah inklusivitas pelayanan publik bagi kelompok rentan. Pelayanan Inklusif menekankan aksesibilitas kepada semua kalangan. Mereka yang memiliki keterbatasan fisik, status sosial, ekonomi, usia, ataupun kendala geografis. Data BPS menunjukkan kedudukan Bulukumba berdasarkan sebaran penduduk dengan disabilitas di Sulawesi Selatan berada pada urutan kelima dengan persentase 4.71%. Berdasarkan data yang ada, hanya 74,1% penyandang disabilitas yang mendapat akses layanan sosial yang memadai.  Angka ini harusnya menjadikan topik pelayanan yang aksesibel untuk penyandang disabilitas dan perlu dijelaskan kepada publik secara komprehensif.

Pasangan JADIMI menggaungkan pada visinya untuk memberikan bantuan bagi penyandang disabilitas. Namun tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai bagaimana bantuan itu dapat memastikan kepentingan penyandang disabilitas dapat terpenuhi. Sebagai penantang petahana, tidak banyak yang dibahas oleh Jamaluddin-Tomy tentang permasalahan apa yang dihadapi penyandang disabilitas saat ini. Akibatnya isu ini tidak kurang solusi yang kaya untuk meningkatkan inklusivitas pelayanan. Padahal, kepiawaian pasangan ini di isu-isu sosial seharusnya akan sangat membantu memotret persoalan ini. Poin besarnya bahwa visi dari pasangan JADIMI tidak menggambarkan penekanan untuk memastikan isu disabilitas dalam mendapatkan hak pelayanan yang berkualitas

Saat diberi pertanyaan strategi yang akan dilakukan untuk memastikan adanya peningkatan pelayanan, Edy Manaf menyampaikan bahwa pembangunan selama ini sudah pro terhadap kepentingan penyandang disabilitas. Telah disediakan berbagai program serta kegiatan dalam dialog untuk mengetahui kebutuhan mereka. Harapan Baru terlihat fokus menjelaskan apa yang mereka telah kerjakan, tetapi tidak memberikan penjelasan evaluasi maupun langkah konkrit kedepannya untuk memastikan layanan ramah disabilitas dan kaum rentan dapat lebih baik. Harapan Baru juga tidak mampu memberikan penjelasan dengan konkrit mengenai masih sulitnya aksesibilitas pariwisata untuk penyandang disabilitas di Bulukumba.

Satu hal sebagai catatan kritis, pembahasan tentang kelompok rentan, utamanya penyandang disabilitas kerap tidak tuntas selama ini. Seakan-akan dengan memberikan fasilitas seperti kursi roda, tongkat, atau alat bantu lainnya di tempat umum maka disabilitas dianggap telah diberdayakan. Padahal aspek penyerapan tenaga kerja, peningkatan kualitas pendidikan, hingga program kontinu bagi mereka adalah isu tahunan yang selalu terkubur namun tidak berkesudahan hingga saat ini. Terlihat dari jalannya debat, pembahasan di sektor ini sangat mengambang, menunjukkan kedua pasangan tidak familiar di isu ini.

Lingkungan Hidup dan Tahura: Polemik Seksi Bulukumba

Mencermati sisi lain dari tema Debat Kedua ini, kedua pasangan juga memberikan berbagai tawaran program di sektor lingkungan hidup. Pasangan JADIMI menjawab dengan percaya diri pertanyaan mengenai pengelolaan sampah. Pasangan tersebut berkomitmen untuk menyadarkan masyarakat terkait pentingnya manajemen sampah hingga pada tingkat rumah tangga. Hilirisasi sampah menjadi salah satu programnya, dengan mereplikasi program dari Kabupaten Banyumas, JADIMI siap untuk mengolah sampah menjadi bahan-bahan tepat guna seperti menjadi aspal, beton, dan sebagainya. JADIMI juga siap memberikan insentif bagi masyarakat yang mampu memilah sampai di tingkat rumah tangga. Pasangan Harapan Baru juga tidak ingin tertinggal, mereka menjawab permasalahan penyakit DBD yang cukup tinggi di Bulukumba dengan melakukan pengurasan genangan dan foging.

Akan tetapi, bukan itu ultimatum perdebatan kedua ini yang terkait dengan lingkungan. Permasalahan Lonsum dan Tahura di Bulukumba Timur turut terseret dalam adu gagasan ini. JADIMI kembali membawa strategi dengan menyerang masa kepemerintahan duet Harapan Baru tersebut mengenai Tahura di Bulukumba Timur yang menjadi “tumbal” proyek. Hutan di sekitaran Pantai Lemo-Lemo juga dikutip oleh JADIMI sebagai salah satu hutan yang merugi akibat program Harapan Baru. Akan tetapi, Harapan baru masih kurang menjawab terkait permasalahan ini. Harapan Baru menyebutkan bahwa Proyek di Lemo-Lemo akan menekan kemacetan di jalan poros menuju Bira.

Harus diamini, terkait teoritikal konsep lingkungan, JADIMI cukup diunggulkan untuk masalah ini. JADIMI sangat memahami bahwa pembangunan harus memerhatikan berbagai aspek seperti ekologi, ekonomi, dan sosial. Namun, Harapan Baru juga mengakui  tetap mengoptik permasalahan lingkungan setiap pembangunan yang mereka lakukan. 

H-5 Pencoblosan, Beda Antara Jadimi dan HB Jadi Pertimbangan

Setiap debat idealnya mampu mengurai permasalahan untuk merumuskan resolusi. Tema debat kemarin seharusnya sudah memberikan clue melalui kata “peningkatan” di awalnya. Patutnya kedua pasangan mengurai setiap isu mulai dari capaian saat ini, menganalisis permasalahannya, dan merumuskan solusi sehingga bisa mengkontraskan “peningkatan kualitas” yang hendak dimaksud. Namun pemetaan demikian tidak terlihat dari kedua calon ketika mengurai debat. Terlepas daripada itu, kedua pasangan patut dianggap sebagai para putra terbaik Bulukumba dengan pengabdiannya yang luar biasa untuk bumi butta panrita lopi.

Sebagai masyarakat yang cerdas, pemilahan antara pengakuan dan fakta empiris perlu divalidasi bersama karena adu klaim antar pasangan memang tidak terelakkan dalam perdebatan. JADIMI yang sifatnya penantang memang menawarkan program-program konkret secara teori tapi masih abstrak dalam implementasi. Perlu  ketajaman analisis untuk memastikan berjodohnya antara kebutuhan Bulukumba dan tawaran programnya. Sedangkan petahana yaitu Harapan Baru, mereka sudah memegang pelatuk pemerintahan. Program-programnya sangat kasat mata membangun citra pembangunan Bulukumba yang meningkat. Namun tawaran kedepan cukup minim dan banyak yang bersifat melanjutkan dengan taburan kontroversi dan kritik di dalamnya. Uraian di atas bukan menjadi bentuk propaganda terhadap salah satu pasangan calon tetapi bersifat netral dengan pendekatan yang objektif. Oleh karena itu, tulisan ini diharapkan menjadi langkah awal masyarakat untuk menentukan pilihan terbaiknya yang akan menahkodai Phinisi untuk berlayar jauh selama 5 tahun ke depan. ***

(Catatan Kritis ini disampaikan Founder Fraksi Pancacita; Muh. Rafliansyah S dan Fakhri Fauzan)

  • Bagikan

Exit mobile version