BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Program makan siang bergizi gratis yang tengah diuji coba di sejumlah sekolah di Kabupaten Bulukumba membawa dampak signifikan terhadap keberlangsungan kantin sekolah, salah satunya di SMAN 8 Bulukumba.
Selama tiga hari pelaksanaan program ini, kantin sekolah di SMAN 8 Bulukumba yang biasanya ramai pembeli kini tampak sepi.
Darwatiah, seorang pedagang kantin yang telah berjualan di SMAN 8 Bulukumba selama 20 tahun, mengaku pendapatannya menurun drastis sejak program ini berjalan. Menu yang biasa ia tawarkan, seperti nasi kuning dan mie rebus, tidak lagi diminati siswa.
“Beberapa hari ini sudah jarang yang beli, karena sudah ada makanan siang untuk siswa,” ungkapnya kepada RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID, Rabu, 8 Januari 2025.
Darwatiah berencana mengubah menu jualannya menjadi camilan ringan seperti bakwan agar tetap bisa bertahan.
Hal serupa dialami Nusyida, pedagang bakso di kantin yang sama. Ia mengungkapkan pendapatannya turun hingga hampir separuh dari biasanya.
“Saya kurangi juga stoknya. Kalau biasanya itu Rp500 ribu sampai Rp700 ribu sehari, sekarang paling banyak Rp400 ribu,” keluhnya.
Sementara itu, Wakil Ketua 2 DPRD Bulukumba, Syahruni Haris, menyampaikan bahwa pihaknya telah memantau langsung pelaksanaan program ini.
Syahruni mengakui adanya kekhawatiran dampak ekonomi terhadap pelaku UMKM di kantin sekolah.
“Program ini masih tahap percobaan. Ke depannya, kita harapkan para pelaku kantin sekolah diberdayakan, entah itu dilibatkan dalam penyaluran, dapur, atau menjadi distributor bahan baku,” jelas Syahruni.
Ia menegaskan bahwa program makan siang bergizi ini tidak dirancang untuk menghapus eksistensi kantin sekolah, melainkan melengkapinya.
“Kantin itu tetap penting, khususnya untuk jajanan sebagai pelengkap makanan utama,” tambahnya.
Sebagai informasi, sebanyak 3.090 siswa dari berbagai jenjang pendidikan di Kabupaten Bulukumba menjadi penerima manfaat program makan siang bergizi gratis.
Program yang diluncurkan pada 6 Januari 2024 ini menyediakan menu bergizi sesuai standar, melibatkan mitra resmi seperti Grand 99 yang dikelola Hj. Hamrina.
Hamrina menjelaskan bahwa bahan baku yang digunakan berasal dari desa-desa di Bulukumba, dengan tenaga kerja lokal sebanyak 40 orang untuk mendukung pemberdayaan masyarakat. Makanan dikemas dengan steril dan ramah lingkungan, tanpa plastik sekali pakai.
Meski demikian, penyesuaian lebih lanjut diperlukan agar program ini tidak hanya mendukung kebutuhan gizi siswa, tetapi juga mempertahankan roda ekonomi kantin sekolah.****