Hanya Ngerulmud Satu-satunya Ibu Kota di Dunia yang Tidak Berpenduduk

  • Bagikan

RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID - Apakah Anda pernah mendengar tentang Republik Palau? Palau adalah negara kepulauan di Oseania. Bersama dengan Negara Federasi Mikronesia, Republik Palau merupakan bagian dari kepulauan Kepulauan Caroline.

Salah satu kekhasannya adalah negara ini memiliki satu-satunya ibu kota di dunia yang tidak berpenduduk. “Tidak ada seorang pun yang tinggal di Ngerulmud,” tulis Jorge Alvarez di laman Labruju Laverde. Pasalnya, negara ini hanya merupakan sekumpulan gedung administrasi, demikian dilansir nationalgeographic.grid.id.

Nama asli negara ini dalam bahasa Malayo-Polinesia adalah Belau. Namun tidak jelas apakah nama ini berasal dari kata beluu (desa) atau aibebelau (istilah yang merujuk pada mitos penciptaan).

Palau merupakan nama yang diadopsi oleh Spanyol ketika pulau-pulau tersebut terlihat oleh kapal Trinidad. Kapal itu dipimpin oleh Gonzalo Gomez de Espinosa, selama perjalanan kembali ke Spanyol setelah ekspedisi Magellan.

Peristiwa ini terjadi pada tahun 1522 dan pulau-pulau tersebut diberi nama San Juan. 21 tahun kemudian, Ruy Lopez de Villalobos tiba. Dan pada tahun 1574, pada masa pemerintahan Philip II, pulau-pulau itu dimasukkan ke dalam the Captaincy General of the Philippines.

Spanyol tidak pernah benar-benar menjajah daerah tersebut, dengan hanya segelintir misionaris yang menginjakkan kaki di sana. Jadi, pada tahun 1885, Kekaisaran Jerman menduduki beberapa pulau yang berpenduduk jarang.

Pendudukan ini pun memicu perselisihan dengan Spanyol. Perselisihan akhirnya diselesaikan melalui intervensi Paus Leo XIII.

Sang Paus memutuskan untuk mendukung Spanyol dengan imbalan konsesi perdagangan, yang mencegah perang. Namun, perang terjadi 13 tahun kemudian dengan Amerika Serikat. Dan meskipun awalnya tampak kepulauan itu tidak akan terpengaruh, pemerintah di Madrid secara preemptif menjual Kepulauan Caroline kepada Jerman. Pulau itu dijual dengan harga 25 juta peseta ($154.707 dolar Amerika Serikat).

Jerman kehilangan pulau-pulau tersebut dalam Perang Dunia I. Dan pulau-pulau itu menjadi wilayah Jepang. Jepang memperluas ekonomi pertambangan Jerman dengan fokus baru pada perdagangan perikanan dan kopra. Mereka secara praktis menggantikan penduduk asli dengan imigran Jepang dan Korea.

Selama Perang Dunia Kedua, terjadi perubahan kendali lagi. Amerika Serikat, setelah menaklukkan wilayah itu, memperoleh mandat PBB untuk mengelolanya dengan amanah.

Hal ini menyebabkan tahun 1978, ketika referendum menghasilkan suara untuk kemerdekaan, yang secara resmi dideklarasikan pada tahun 1994.

Selama periode ini, inisiatif diluncurkan untuk melengkapi republik baru dengan lembaga-lembaga yang diperlukan. Yang pertama adalah pengumuman konstitusi tahun 1981.

Sedangkan yang kedua adalah membangun ibu kota permanen dan definitif untuk menggantikan ibu kota sementara, Koror. Koror adalah kota terpadat di Palau di pulau dengan nama yang sama.

Namun, Koror telah mengalami penurunan populasi yang drastis setelah kepergian sebagian besar penduduk Jepang pada tahun 1945. Juga penurunan aktivitas ekonomi setelah Amerika mendirikan pangkalan militer mereka di Guam, di Kepulauan Mariana.

Konstitusi pun mengamanatkan bahwa ibu kota harus berlokasi di pulau terbesar, Babeldaob, tempat ibu kota sebelumnya berada. Amanat tesebut harus diselesaikan dalam waktu satu dekade. Namun, konstruksi tidak dimulai hingga awal tahun 2000-an. Hal ini terjadi karena kurangnya bahan bangunan dan arsitek serta insinyur untuk mengawasi proyek.

Pinjaman sebesar 20 juta dolar diberikan oleh Taiwan. Pinjaman tersebut memungkinkan pembangunan tiga gedung pemerintahan di sekitar alun-alun pusat. Tiga gedung itu antara lain Kelulau (Kongres Nasional Palau, replika Gedung DPR AS), kantor pusat eksekutif, dan gedung pengadilan.

Mahkamah Agung tetap berada di Koror. Anggaran membengkak, akhirnya mencapai 45 juta dolar, tetapi pada tahun 2006, kompleks administratif tersebut akhirnya diresmikan.

(del/has/c)

  • Bagikan

Exit mobile version