Dituduh Sediakan MBG Basi, Grand 99 Tegaskan Tidak Berdasar dan Tidak Dapat Dibuktikan

  • Bagikan
Distribusi MBG di salah satu Sekolah di Bulukumba

BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Hj. Hamrina, pemilik Grand 99, mitra penyedia Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Bulukumba, menyayangkan tudingan sepihak yang menuduhnya telah menyiapkan makanan basi bagi siswa sekolah.

Dalam konferensi pers yang digelar di Resto Grand 99, Jumat, 31 Januari 2025, perempuan yang akrab disapa Rina itu menegaskan bahwa makanan yang disediakan telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Badan Gizi Nasional (BGN).

"Kami punya tiga chef berpengalaman yang pernah bekerja di hotel berbintang. Semua makanan yang disajikan telah melalui proses yang sesuai standar," tegasnya.

Terkait isu telur busuk dalam menu MBG, Hj. Hamrina membantah keras. Menurutnya, jika memang ada telur yang bermasalah, maka seharusnya seluruh siswa mengalami sakit perut, bukan hanya beberapa.

"Telur itu dikocok dalam satu wadah sebelum dimasak. Kalau ada yang busuk, tentu semua makanan akan terpengaruh dan semua siswa mengeluhkan hal yang sama," jelasnya.

Ia juga menegaskan bahwa dapur produksi Grand 99 telah lulus uji standar oleh BGN. Selain itu, Hj. Hamrina membantah tudingan bahwa Grand 99 memonopoli penyediaan MBG di Bulukumba.

"Kami tidak pernah khawatir jika Grand 99 diganti, tapi pertanyaannya, adakah penyedia lain yang memenuhi kualifikasi seperti kami?" ujarnya.

Menurutnya, Grand 99 terpilih sebagai mitra penyedia MBG melalui proses yang transparan dan ketat.

Saat ini, pihaknya mempekerjakan 47 warga lokal dan menggunakan bahan baku dari hasil panen petani desa.

Meski berbagai tudingan diarahkan kepadanya, Hj. Hamrina memilih untuk tidak memperpanjang masalah.

"Kalau saya dituduh macam-macam, saya berusaha bersabar dan memaafkan saja," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) BGN Bulukumba, Wahyu Saputra Sakti, memastikan bahwa kasus siswa yang mengalami mual dan muntah bukan disebabkan oleh menu MBG.

"Dari hasil pemeriksaan sampel makanan di sekolah dan dapur produksi, tidak ditemukan indikasi bahwa menu MBG menjadi penyebab utama," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa setiap dapur penyedia MBG selalu menyimpan sampel makanan sebelum dikirim, sebagai langkah antisipasi jika terjadi keluhan.

Wahyu juga menegaskan bahwa perekrutan mitra penyedia dilakukan secara daring melalui website resmi BGM pusat.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Bulukumba, Andi Buyung Saputra, juga menepis isu keracunan massal. Menurutnya, kemungkinan besar insiden mual dan muntah terjadi karena sensitivitas individu terhadap makanan tertentu.

"Kalau benar ada keracunan, pasti seluruh siswa di kelas atau sekolah itu terdampak. Tapi faktanya, hanya beberapa anak yang mengalami gejala tersebut," katanya.

Hal senada disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bulukumba, dr. Amrullah. Hasil pemeriksaan tim kesehatan menunjukkan bahwa empat murid yang mengalami mual dan muntah tidak membutuhkan perawatan medis khusus.

"Dari empat anak yang diperiksa, tidak ada indikasi keracunan makanan. Bisa jadi mereka tidak terbiasa dengan rasa makanan atau belum sarapan sebelum makan menu MBG," jelasnya.

Ia juga menegaskan bahwa pemeriksaan tidak menemukan indikasi makanan basi dalam program MBG.

"Mungkin rasanya asam atau berbeda dari yang biasa mereka makan. Tapi tidak ada indikasi basi," tandasnya.****

  • Bagikan

Exit mobile version