Kasus BBM Oplosan Berimbas ke Bulukumba, Pengendara Ragu Beli Pertamax

  • Bagikan
Salah satu SPBU Bulukumba, Minggu, 2 Maret 2025

BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Penjualan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kabupaten Bulukumba mengalami penurunan. Hal ini diduga sebagai dampak dari mencuatnya kasus dugaan korupsi di tubuh Pertamina, termasuk isu pengoplosan Pertamax dengan Pertalite.

Berdasarkan pantauan RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID pada Minggu, 2 Maret 2025, salah satu SPBU di Bulukumba tampak sepi dari kendaraan yang mengisi Pertamax, baik jenis Pertamax 92 maupun Pertamax 98.

Andi Resky, salah satu pengendara yang ditemui, mengaku bahwa sebelumnya ia adalah pengguna Pertamax. Namun, setelah muncul isu pencampuran Pertamax dengan Pertalite, ia lebih memilih beralih ke BBM yang lebih murah.

"Mendingan saya isi Pertalite saja pak, karena percuma juga kita beli mahal-mahal kalau kandungannya hampir sama ji," ujar perempuan yang akrab disapa Eky itu.

Seorang pemilik SPBU di Bulukumba yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa isu ini berdampak signifikan pada penjualan Pertamax di tempatnya.

"Setelah isu itu beredar, sudah jarang pengendara yang mengisi Pertamax. Bahkan, untuk Pertamax 98, sudah tidak ada yang laku," keluhnya.

Ia juga menyebutkan bahwa pihak Pertamina telah mengeluarkan imbauan kepada pengelola SPBU untuk menjaga kondusivitas di lapangan terkait isu ini.

"Kami sebagai pemilik SPBU pun takut berkomentar karena ada imbauan dari Pertamina untuk tidak memperkeruh situasi," tambahnya.

Namun, tidak semua SPBU mengalami penurunan penjualan. Syukur, pengelola SPBU Katangka, mengungkapkan bahwa penjualan Pertamax di tempatnya masih berjalan normal.

"Semua masih normal-normal saja. Memang ada customer yang bertanya soal isu oplosan, tetapi mereka tidak terlalu menanggapi secara berlebihan," jelasnya.

Sementara itu, PT Pertamina Patra Niaga sebelumnya mengakui adanya penurunan penjualan Pertamax, tetapi diklaim hanya terjadi dalam satu hari, yakni pada 25 Februari 2025.

Pelaksana Tugas Harian Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo, menyebut penurunan hanya sekitar 5 persen dalam satu hari, tetapi rata-rata penjualan harian tetap stabil.

"Jika melihat rata-rata hariannya, angka penjualan Pertamax masih sama," kata Mars Ega dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan DPR RI, 26 Februari 2025.

Pertamina juga menegaskan bahwa isu pengoplosan tidak benar. Mars Ega menyatakan bahwa seluruh produk BBM yang dijual di SPBU resmi Pertamina memiliki spesifikasi yang terjamin.

"Kami pastikan BBM yang dijual di SPBU resmi Pertamina adalah produk dengan kualitas yang terjaga," tegasnya.

Ia juga menjelaskan bahwa penambahan zat aditif dalam BBM bukan bagian dari praktik pengoplosan, melainkan untuk meningkatkan performa kendaraan.

"Di luar SPBU Pertamina, kami tidak bisa menjamin kualitasnya. Tetapi, jika dibeli di SPBU resmi Pertamina, kami pastikan BBM sesuai standar yang ditetapkan," tandasnya.

Isu dugaan pencampuran Pertamax dengan Pertalite terus menjadi perbincangan di masyarakat dan berpotensi memengaruhi kepercayaan konsumen terhadap produk BBM non-subsidi. Sementara itu, penjualan Pertamax di Bulukumba masih menunjukkan tren menurun di beberapa SPBU.****

  • Bagikan