Pawai Obor di Desa Bontonyeleng: Menghidupkan Kembali Tradisi Takbiran yang Hampir Hilang

  • Bagikan
Pawai Obor oleh ratusan warga di Desa Bontonyeleng, Minggu, 30 Maret 2024, malam.

BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Di tengah gegap gempita masyarakat modern menyambut Idulfitri dengan kembang api, suara petasan, dan musik DJ, ratusan warga Desa Bontonyeleng, Kecamatan Gantarang, memilih cara yang lebih tradisional dan syahdu. Mereka menggelar pawai obor, sebuah tradisi yang pernah hilang namun kini kembali menyala di hati masyarakat.

Minggu malam, 30 Maret 2025, suasana desa yang biasanya gelap berubah menjadi lautan cahaya dari ratusan obor bambu yang diarak oleh warga, sebagian besar adalah pemuda.

Mereka berjalan kaki dari Lapangan Desa Bontonyeleng—lokasi yang juga digunakan untuk Salat Idulfitri—menelusuri jalanan utama desa. Cahaya obor yang berpendar menciptakan panorama indah, membuat banyak warga tak ingin melewatkan momen ini tanpa mengabadikannya dalam foto dan video.

Pawai obor ini bukan sekadar perayaan, tetapi juga bentuk pelestarian budaya. Kegiatan ini diinisiasi oleh Kelompok Pecinta Alam (KPA) Green Forest Bontonyeleng, bekerja sama dengan pemerintah desa.

Kepala Desa Bontonyeleng, Andi Baso Mauragawali, mengaku bangga melihat semangat pemuda desanya yang kembali menghidupkan tradisi ini.

"Kegiatan ini menghidupkan suasana takbiran menjelang puncak perayaan Idulfitri 1446 besok (31 Maret 2025). Alhamdulillah, masyarakat sangat menikmati dan mendukung penuh acara ini," ujar pria yang akrab disapa Opu itu.

Ketua KPA Green Forest, Wahyu Afriandi, mengungkapkan bahwa ini adalah tahun kedua mereka menggelar pawai obor. Antusiasme masyarakat, khususnya pemuda, semakin meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

"Sebenarnya, pawai obor ini bukan hal baru. Ini adalah tradisi orang tua kita dulu, tetapi sempat hilang karena tergerus perkembangan zaman. Kami ingin menghidupkannya kembali agar generasi muda tetap mengenal dan mencintai warisan budaya ini," jelas Wahyu.

Harapan pun tumbuh seiring nyala obor yang menerangi malam. Wahyu dan komunitasnya berharap pawai obor bisa menjadi tradisi tahunan dalam menyambut hari-hari besar Islam, terutama di Desa Bontonyeleng.

Dengan demikian, nilai kebersamaan dan budaya lokal tetap terjaga di tengah perubahan zaman.****

  • Bagikan