Dari Festival ke Penelitian, Dosen Poltekpar Bedah Dampak Sosial, Ekonomi dan Budaya Festival Pinisi di Bulukumba

  • Bagikan
Plt. Kepala Bidang Pemasaran dan Pengembangan Sumber Daya Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Disparpora Kabupaten Bulukumba, Muhammad Taufik Rahman saat menerima dosen Poltekpar Makassar yang akan melakukan penelitian.

BULUKUMBA,RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Festival Pinisi 2024 ternyata bukan hanya meninggalkan kesan bagi pengunjung, tapi juga memantik minat kalangan akademisi. Dua dosen dari Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Makassar, Ni Nyoman Siryayasa, S.Pd., M.M., CEE dan Ernawati AB, S.S., M.Pd., memulai penelitian di Kabupaten Bulukumba untuk mengkaji dampak serta nilai budaya di balik kemeriahan festival yang menjadi ikon maritim Sulawesi Selatan tersebut.

Kedua peneliti diterima secara resmi oleh Plt. Kepala Bidang Pemasaran dan Pengembangan Sumber Daya Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Bulukumba, Muhammad Taufik Rahman. Turut hadir mendampingi, pejabat fungsional Andi Aryono, S.IP., M.M., dan Syamsul Rijal, S.Pd.

Dalam sambutannya, Moch. Taufik menyampaikan apresiasi atas perhatian dunia akademik terhadap pengembangan sektor pariwisata daerah.

“Kami sangat terbuka terhadap kajian akademik seperti ini. Semoga hasil penelitian ini bisa memperkuat arah kebijakan pariwisata yang inklusif, berkelanjutan, dan berbasis kearifan lokal,” ungkapnya.

Fokus Penelitian: Keterlibatan Warga dan Warisan Budaya

Ni Nyoman Siryayasa meneliti “Penerapan Community-Based Tourism pada Festival Pinisi 2024: Dampak Sosial, Ekonomi, dan Budaya bagi Masyarakat Bulukumba”. Ia mencatat tingginya antusiasme warga selama festival berlangsung, terutama dalam partisipasi aktif warga lokal seperti, aksi bersih pantai dan pelestarian lingkungan, Keterlibatan komunitas lokal dalam pengisi acara, Pengelolaan parkir dan UMKM lokal oleh warga sekitar

Dampak positif pun terasa nyata. Secara ekonomi, sekitar 300 pelaku UMKM meraup pendapatan minimal Rp4 juta per hari. Secara sosial, ada peningkatan kesadaran kolektif terhadap kebersihan dan keramahtamahan. Sementara dari sisi budaya, masyarakat semakin memahami pentingnya menjaga identitas lokal dalam kegiatan wisata.

Makna Simbolik Pinisi Jadi Sorotan

Sementara itu, Ernawati AB menyoroti aspek yang lebih filosofis dan budaya melalui penelitiannya “Makna Simbolik dalam Bahasa pada Tradisi Kapal Pinisi sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Bulukumba”.

Penelitian ini mengeksplorasi simbol-simbol dan ungkapan tradisional yang digunakan dalam proses pembuatan kapal Pinisi, sebuah warisan budaya tak benda dari Bulukumba. Menurutnya, aspek ini berpotensi menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang tertarik dengan narasi budaya dan spiritualitas maritim.

Langkah Nyata Tri Dharma Perguruan Tinggi

Penelitian ini berlangsung selama lima bulan ke depan dan merupakan implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi Poltekpar Makassar, khususnya dalam bidang pengabdian masyarakat dan penelitian. Disparpora Bulukumba menyatakan dukungan penuh selama proses riset berlangsung.

“Kami harap hasil dari penelitian ini tak hanya menjadi dokumen akademik, tetapi juga panduan nyata untuk mengembangkan potensi pariwisata berbasis masyarakat,” tutup Muhammad Taufik Rahman.

Festival Pinisi, yang dulunya hanya dilihat sebagai agenda tahunan, kini makin diakui sebagai lokomotif budaya, ekonomi, dan identitas Bulukumba di mata dunia. (***)

Penulis: Fitriani SalwarEditor: Haswandi
  • Bagikan