MAKASSAR, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID – Menjamurnya konten kreator saat ini tidak memudarkan ketenaran Adhy Bassitoayya atau akrab disapa Adhy Basto. Saat wawancara Podcast dengan Sukriansyah S. Latief, belum lama ini, Adhy yang selalu tampil kocak dan teraniaya di konten-kontennya bersama Jade Thamrin, blak-blakan mengungkapkan bagaimana tips menjadi konten kreator, komedian sekaligus selebgram yang bisa menghibur. Ia juga membeberkan hubungannya dengan Jade Thamrin. Dan kenapa ia tak lagi berduet dengan Sukri Basto, sahabatnya saat ia memulai karier dan mendaki puncak ketenaran.
Pria yang bernama lengkap Satriadi Mulyadi ini selain akrab disapa Adhy Basto juga dekat dengan sebutan Boska. Adhy mengungkapkan nama Bassitoayya yang berarti besi tua hadir begitu saja. “Teman-teman yang kasi ide. Bassitoayya itu kan artinya besi tua. Besi tua itu walau setua apapun masih punya harga, masih laku,” ujarnya.
Sementara sebutan Boska menurut Adhy ia dapat dari pergaulan di warkop-warkop daerah Utara Makassar. “Orang Makassar di daerah Utara memang selalu menarik. Pasti ada hal baru kita dapat di sana,” katanya sambil tertawa.
Adhy mengungkapkan, hanya sekadar mencari ide dan inspirasi ia kerap keluar masuk warkop di Utara. Ia kemudian menyebut nama-nama warkop yang menjadi langgannya. Ada Warkop 75, Warkop Eko dll. “Saya suka main di Utara karena Makassar sekali. Kalau mau tau istilah-istilah orang Makassar ke Utara ki. Di sana aslinya orang Makassar,” bebernya.
Adhy sendiri menghabiskan masa kecil di kawasan Tamalate. Sekarang kawasan ini lebih dikenal dengan sebutan Hertasning. Adhy sekolah di SD Inpres Perumnas kemudian lanjut di SMPN 13 Makassar. Setamat SMP, Adhy melanjutkan Pendidikan di SMA Wahyu Makassar dan kuliah di UMI.
Tidak banyak yang tahu kalau di kampus UMI, Adhy adalah seorang aktivis. Ia aktif di Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI. “Yah masuk dalam pasukan Romli kak.” Tawanya pun meledak. Romli berarti rombongan liar. Istilah dalam organisasi HMI.
Selain melebarkan pergaulan sampai ke Utara, menurut Adhy, ia pun kerap mencari inspirasi di dekker. “Dimana ada dekker di situ saya bergaul. Inspirasi dari dekker itu juga luar biasa,” ungkapnya. Dekker adalah space yang biasa ditempati anak-anak lorong untuk nongkrong.
Soal Sukri Basto yang kini tak lagi bersamanya dalam satu frame, kata Adhi bukan berarti ia tak berteman lagi dengan Sukri. “Saya hormat dengan beliau. Hanya saja saat ini kami tidak berkarya bersama. Om Sukri sudah punya chanel sendiri, saya pun seperti itu. Tapi di lingkungan pergaulan kami masih sering bertemu dan memberi masukan untuk konten masing-masing,” katanya.
Bertemu Sukri dan menjadi konten kreator lanjut Adhy bukan bukan hal yang direncanakan. Keduanya sama-sama tergabung dalam klub motor Tiger dan selalu jalan bareng. Hubungan emosional terbangun pun. “Saya pernah bekerja di beberapa tempat hiburan. Pegang beberapa outlet kafe. Dari sini sering bersama Sukri Basto dan pertemanan kami makin kuat,” ujarnya.
Di komunitas, ungkapnya, keduanya memang senang bercanda. “Nah kebetulan pernah ada yang merekam candaan kami. Dia upload di facebook dan youtube. Siang diupload, malam sudah ratusan ribu viewer. Dari situlah kami iseng bikin konten,” kata Adhy.
Konten yang sering mereka garap adalah konten sebagai polisi. “ Sampai saya sering dikira polisi karena sering memerankan aparat. Padahal kami ini hilang rewanya kalau sudah ketemu polisi,” katanya sambil tertawa.
Dari situlah kemudian muncul konten-konten viral seperti Preman Salah Masuk Warkop dan “Adakah Acara Malam Ini”.
Adhy saat ini sudah tidak berkarya bersama Sukri lagi. Adhy sudah memiliki penggemar tersendiri dengan konten-kontennya bersama Jade Thamrin, selebgram Makassar. Soal Jade, Adhy menyebut peran sebagai suami istri banyak sekali yang penasaran. Apakah keduanya memang adalah pasangan suami istri di dunia nyata?
“Soal itu bagaimana netizen saja. Hahahaha. Saya juga sebenarnya berharap memang real. Siapa sih yang tidak mau,” ungkapnya. (rs)