RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Tentara Israel benar-benar biadab. Militer Zionis itu tega menembaki kerumunan warga yang tengah mengantre untuk mendapatkan bantuan makanan, di Jalur Gaza, Kamis (29/2/2024).
Insiden tragis ini menyebabkan 112 warga sipil meninggal dunia dan lebih dari 700 orang luka-luka.
Menurut sejumlah saksi, kekacauan terjadi ketika ribuan orang menuju truk bantuan di bundaran Nabulsi. Tanpa peringatan apa pun, tentara Israel dikabarkan melancarkan tembakan secara membabi buta ke arah kerumunan tersebut. Alasan Israel, warga terlalu dekat dengan truk bantuan.
Warga Gaza, Ali Awad Ashqir, yang sedang mencari makanan untuk keluarganya, menjelaskan bahwa ia telah menunggu selama dua jam hingga truk bantuan itu mulai berdatangan.
"Saat mereka tiba, tentara pendudukan (Israel) tiba-tiba menembakkan peluru artileri dan senjata,” ucapnya kepada AFP.
Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, membantah klaim tersebut. Hagari mengatakan, militer telah melepaskan beberapa tembakan peringatan untuk membubarkan kerumunan yang terlalu dekat dengan truk bantuan.
Menurutnya, konvoi truk bantuan itu mencoba mundur yang menyebabkan puluhan warga Gaza tertabrak sehingga menyebabkan kematian dan luka.
Namun, berdasarkan laporan dari fakta di lapangan menunjukkan Hagari, berkilah. Video yang dirilis Al Jazeera, menunjukkan, ribuan warga Palestina berhamburan karena penembakan massal oleh tentara Israel.
Kini, korban luka-luka akibat insiden tersebut dirawat di beberapa rumah sakit di Gaza utara, meskipun rumah sakit dalam kondisi rusak parah akibat agresi Israel.
Adapun jumlah korban tewas akibat genosida Israel di Gaza itu tercatat telah mencapai lebih dari 30 ribu orang, dan menyebabkan krisis kemanusiaan yang diperparah minimnya bantuan yang masuk, terutama bantuan makanan dan kesehatan.
Amerika Serikat (AS) menuntut tanggung jawab Israel atas pembantaian itu. Menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Matthew Miller, Gedung Putih sudah menghubungi Pemerintah Israel dan mendesak agar investigasi segera dilakukan.
“Kami memantau investigasi secara dekat dan menekan untuk mendapat jawaban segera,” terangnya.
Miller menambahkan, Israel wajib melindungi upaya pemberian bantuan kepada warga Gaza.
Departemen Pertahanan AS (Pentagon) menyatakan kekhawatirannya atas kejadian itu, namun tidak terang-terangan menyalahkan Israel.
“Mereka adalah manusia yang berusaha mencari makan. Kami semua melihat dan berkata, ‘Ada apa ini?’,” ujar Juru Bicara Pentagon, Patrick Ryder, menanggapi kejadian itu.
Presiden Prancis Emmanuel Macron juga menyampaikan kemarahan mendalam atas pembunuhan warga Palestina di Jalur Gaza utara.
"Kemarahan mendalam atas gambar-gambar yang datang dari Gaza di mana warga sipil menjadi sasaran tentara Israel,” cuit Macron di platform media sosial X.
“Saya menyampaikan kecaman paling keras atas penembakan ini dan menyerukan kebenaran, keadilan, dan penghormatan terhadap hukum internasional,” imbuhnya.
Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan, penembakan yang dilakukan tentara Israel terhadap warga sipil yang mencoba mengakses makanan tersebut tidak dapat dibenarkan.
“Peristiwa tragis ini terjadi ketika jumlah warga sipil Palestina menderita kelaparan dan penyakit semakin bertambah,” bunyi pernyataan Kemlu Prancis.
Menteri Luar Negeri Portugal Joao Gomes Cravinho menyampaikan hal senada.
“Sangat terkejut dengan kematian lebih dari 100 orang di Gaza saat menunggu untuk menerima bantuan,” kicau Cravinho di akun X miliknya.
“Lokasi pembagian bantuan harus jadi wilayah netral. Bukan tempat pembantaian,” kecamnya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres mendesak diadakannya penyelidikan independen atas pembantaian yang dilakukan pasukan Israel terhadap warga di Jalur Gaza.
Insiden ini menjadikan kabar memilukan terbaru dari perang Israel-Hamas yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023. (JPNN)