Tiap Mau Puasa Sembako Naik

  • Bagikan

EKONOMI, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Beberapa hari jelang Ramadan, harga sembako di pasar tradisional mulai terkerek naik. Beberapa bahan pangan yang mengalami lonjakan harga antara lain; beras, telor, daging ayam, dan cabe merah. Sudah kebiasaan, mau Puasa harga sembako selalu naik.

Di Pasar Munjul, Jakarta Timur, keberadaan beras memang tidak selangka sebelumnya. Beras premium dalam kemasan 5 kilogram (kg) mulai terlihat dipajang di sejumlah kios pedagang beras, seperti BMW, Cap Bunga, dan Topi Koki. Namun harganya berkisar Rp 84 ribu per kemasan 5 kg. Sementara beras medium masih dibanderol di kisaran Rp 14 ribuan per kg.

Harga telor ayam juga mengalami kenaikan menjadi Rp 30 ribu sampai Rp 32 ribu per kg. Harga daging ayam juga mengalami kenaikan. Kini harga ayam dibanderol di kisaran Rp 41 ribu per kg.

Harga bahan sayur dan bumbu juga ikut melesat. Kenaikan harga paling tinggi terjadi pada cabe-cabean. Harga cabe merah kriting di kisaran Rp 80 ribu per kg, cabe merah besar Rp 100 ribu per kg, dan cabe rawit merah Rp 80 ribu per kg.

Asep, salah satu penjaga kios telor mengatakan, kenaikan harga telor sudah biasa menjelang Puasa. Tak hanya telor, daging ayam adalah komoditas yang ikutan naik jelang Puasa. “Biasanya karena permintaan tinggi,” kata Asep, kepada Rakyat Merdeka, Selasa (5/3/2024).

Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) mengatakan, ada sejumlah bahan pangan yang memang mengalami kenaikan jelang Puasa atau Lebaran. Beberapa komoditas itu seperti telor, daging ayam, daging sapi, dan cabe-cabean. Kenaikan terjadi karena permintaan yang tinggi.

Soal harga beras, Sekjen IKAPPI Reynaldi Sarijowan menilai, kenaikan harga beras disebabkan banyak hal. Karena kenaikan sudah terjadi sejak awal tahun lalu. Ia memprediksi harga beras di kisaran tinggi akan terus berlanjut hingga Lebaran.

Reynaldi menilai, operasi pasar yang dilakukan Pemerintah tak berhasil menjinakkan harga beras di pasaran. Kata dia, Pemerintah lupa bahwa ujung distribusi pangan rakyat itu ada di pasar tradisional.

Jadi, kalau di ujung distribusi itu ada gangguan, pasti terjadi lonjakan harga. Menurut dia, untuk mengendalikan harga beras yang tinggi adalah operasi pasar dengan mengguyur beras ke pasar tradisional. “Karena jelang Ramadan ini permintaan pasti tinggi,” ujarnya.

Kenaikan harga pangan ini ternyata dikeluhkan oleh 99 persen warganet. Menurut analis Continuum Indef, Wahyu Tri Utomo, pihaknya melakukan survei dengan menganalisis big data berdasarkan pengumpulan pendapat melalui yang dilakukan dari media sosial seperti Twitter (sekarang X) dan juga TikTok.

Sampel pendapat warganet ini diambil mulai dari periode 29 Februari sampai 4 Maret 2024, dan terkumpul sekitar 74.817 perbincangan dari 67.579 user atau akun media sosial. “Dari 74.817 perbincangan ini, ditemukan lebih dari 99 persen masyarakat mengeluhkan kenaikan harga bahan pokok ini,” ujar Wahyu dalam diskusi publik Indef secara virtual, Selasa (5/3/2024).Sebanyak 71 persen dari pengguna media sosial sepakat bahwa kenaikan harga beras menjadi yang paling meresahkan

Ekonom Senior Indef Aviliani mengatakan, kenaikan harga beras pada Februari 2024 mencapai 18,41 persen secara tahunan. Di sisi lain, kenaikan upah minimum tidak sampai dua digit. Kondisi itu membuat masyarakat resah. Karena pendapatan tak bertambah sementara pengeluaran makin banyak.

“Makanya orang yang tadinya kelas menengah bisa jadi hampir miskin, orang hampir miskin jadi orang miskin,” kata Aviliani.

Menurut Aviliani, ada sejumlah faktor yang menyebabkan harga pangan melonjak signifikan. Adanya Pemilu dianggap telah mengakselerasi peningkatan permintaan beras untuk dibagi-bagi. Kemudian ada El-Nino yang menimbulkan gagal panen dan penurunan produksi pangan sehingga mempengaruhi kenaikan harga.

Apalagi, rantai distribusi pangan di Indonesia juga dianggap terlalu panjang sehingga banyak tengkulak atau spekulan yang memanfaatkan kondisi stok yang terbatas untuk mengeruk keuntungan.

Lonjakan permintaan jelang Ramadan dan Idulfitri dianggap menjadi siklus tahunan. Karena itu, dia menekankan agar pemerintah mengeluarkan kebijakan yang antisipatif untuk menghadapi kondisi serupa. “Ini selalu terjadi maka kebijakan sudah harus berubah,” ucapnya.

Sebelumnya, Mendagri Tito Karnavian mengumpulkan para kepala daerah gubernur dan walikota/bupati dalam Rapat Koordinasi Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan Jelang Puasa & Idul Fitri 2024 di Grand Ballroom Hotel Indonesia Kempinski, Senin (4/3/2024).

Dalam pidatonya, Tito meminta Pemda melakukan langkah-langkah antisipasi jelang Puasa dan Lebaran. Pasalnya, harga pangan bisa naik hingga langka saat momen Ramadan dan Idul Fitri.

“Satu-satunya mungkin yang akan rawan ketika harga-harga naik atau langka barangnya, ini perlu kita jaga,” kata Tito.

Karena itu, ia minta para kepala daerah mengecek harga pangan di pasaran, mengecek stok Bulog, dan segera melakukan koordinasi Tim Pengendali Inflasi Daerah. “Ini cara bagaimana kita menjaga inflasi tetap terjaga di angka yang kita inginkan dengan kekompakan kita bersama,” tutur Tito.

Mantan Kapolri itu mengatakan, setidaknya ada lima komoditas yang sudah terlihat naik. Kelima komoditas itu adalah beras, cabe merah, minyak goreng, telor dan daging ayam.(JPNN)

  • Bagikan

Exit mobile version