Petani Padi Kesulitan Pasarkan Hasil Panen, Bulog Hanya Terima Beras Berkualitas

  • Bagikan
Hasil panen padi salah satu warga di Desa Sopa yang belum laku, Minggu, 5 Mei 2024

BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Panen yang dinantikan tidak seindah yang diharapkan, sejumlah petani di Kabupaten Bulukumba khususnya di Kecamatan Gantarang dan Kecamatan Kindang mengeluh kesulitan memperoleh pasar.

Nasurllah salah satu petani asal Desa Sopa, Kecamatan Kindang, mengeluh karena padi yang telah dipanen sepekan lalu masih menumpuk di rumahnya karena ditolak oleh gudang.

"Kalau saya ada sekitar 30 karung. Saya bawa langsung ke gudang tapi tidak ada gudang yang mau terima," keluh Nasrullah saat dikonfirmasi RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID, Minggu, 5 Mei 2024.

Begitu juga yang dirasakan oleh Irwan, salah seorang petani dari Desa Bontonyeleng, menurutnya pedagang tidak mau membeli karena rata-rata gudang sudah penuh.

"Mau tidak mau kita simpan dulu, walaupun sebenarnya kita rugi karena tentu kita menambah tenaga lagi," ungkap Irwan.

Sementara H Tiro salah satu pedagang beras yang dikonfirmasi RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID membenarkan bahwa memang untuk sementara ia memang tidak menerima gabah dari petani.

H Tiro mengungkapkan, bahwa kapasitas gudangnya sudah sangat penuh, sementara beras yang diproduksinya juga masih tersimpan karena ditolak oleh Bulog.

"Bukannya kita tidak menerima gabah dari petani, tapi kami juga tidak bisa apa-apa karena Bulog juga tidak mau ambil beras kalau kondisinya ada yang kuning," ungkap H Tiro.

Dia mengungkapkan bahwa saat ini masih ada sekitar 100 ton gabah di gudangnya yang belum diproses menjadi beras karena masih minim permintaan.

H Tiro mengakui bahwa memang rata-rata gabah di Kabupaten Bulukumba saat ini kualitasnya tidak terlalu baik, dan setelah dipabrik akan berwarna kuning. Namun menurutnya itu terjadi karena faktor iklim.

"Tidak bisa juga kita salahkan petaninya karena ini kondisi cuaca memang. Banyak padi petani yang rebah sebelum dipanen dan karena sudah terendam air pasti kalau sudah dipabrik akan kelihatan kuning," jelasnya.

H Tiro berharap agar pemerintah turun tangan untuk menemukan solusi dari persoalan tersebut. "Kasihan petani kita, tapi kami juga tidak bisa berbuat banyak. Karena beras kami juga belum mau diterima oleh Bulog," imbuh H Tiro.

Terpisah, Kepala Bulog Bulukumba, Ervina Zulaeha menyatakan bahwa pihaknya tidak pernah menolak beras dari petani sepanjang memenuhi kriteria yang dipersyaratkan.

"Kami tidak menolak beras dari petani (Bulukumba), cuman sekarang apakah kami harus menerima beras yang kondisinya sudah mulai kuning, kadar airnya di atas 14 persen, itu sebulan atau dua bulan disimpan di gudang itu akan merusak semua stok beras," jelas Ervina.

Ervina mengatakan jika kondisi itu terjadi maka yang akan disalahkan lagi-lagi adalah Bulog karena akan dianggap menyalurkan beras yang tidak berkualitas ke masyarakat.

Terkait isu impor beras, Ervina mengungkapkan impor beras dilakukan sejak tahun lalu sebelum memasuki masa panen padi di Bulukumba.

Ervina menerangkan bahwa impor beras dilakukan karena itu merupakan penugasan dari pemerintah pusat untuk memenuhi kebutuhan beras masyarakat Bulukumba.

"Impor bukan kami yang mau, itu penugasan dari pemerintah. Tahun lalu kami setengah mati mencari beras tapi semua penggilingan dan petani menjual berasnya di luar Bulukumba. Karena semua gudang Bulog kosong akhirnya pemerintah menugaskan untuk Impor," ungkapnya.

Kendati demikian, Ervina menegaskan bahwa pihaknya tetap menerima beras dari petani atau penggilingan Bulukumba bahkan masih ada empat gudang kapasitas 1.000 ton yang masih kosong, namun beras yang diterima harus seusai dengan kualitas.

"Memang kami impor, tapi masih ada empat gudang kami kapasitas 1000 ton yang masih kosong, tapi itu tentunya harus sesuai dengan kualitas yang dipersyaratkan," imbuhnya.****

  • Bagikan

Exit mobile version