BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) Airlangga Hartarto, dinilai belum bisa terterima oleh seluruh kalangan masyarakat Indonesia sebagai salah satu figur potensial calon Presiden.
Meski tancap gas dilakukan Airlangga, sejak Pasca Munas Golkar 2019 silam, dimana salah satu amanat yang lahir dalam keputusan tertinggi itu adalah mengusung Airlangga Hartaro sebagai Capres 2024.
Bahkan Keputusan munas ini pun diperkuat pula dengan keputusan rapimnas partai Golkar. Memutuskan jika tak ada opsi lain selain mengusung ketua umum Airlangga hartarto maju sebagai Capres partai Golkar 2024. Padahal, seluruh metode sosialisasi dan panggung telah dimaksimalkan namun hingga kini belum juga unggul dibeberapa survei.
Direktur Eksekutif Parameter Publik Indonesia, Ras Md kepada Harian RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID, menjelaskan ada tiga faktor besar mengapa Airlangga Hartarto tak kunjung kuat sekuat Anies, Ganjar dan juga Prabowo.
Faktor pertama, pesona personal Airlangga Hartarto tidak karismatik. Tenggelam ditengah pesona Figur lain. kedua, Airlangga Hartarto tidak mampu berdiri disalah satu persepsi. Apakah ia antitesa rezim ataukah figur yang direstui oleh Jokowi. ketiga, Airlangga Hartarto belum punya pengalaman bertarung langsung secara elektoral. Seperti Anies di Pilgub DKI Jakarta, Ganjar dua periode di Pilgub Jawa Timur serta Prabowo ditingkat Pilpres.
" Ketiga faktor inilah yang membuat mengapa secara primer Airlangga Hartarto sulit diterima oleh publik Indonesia, "terang mantan peneliti LSI Denny JA ini. Senin 17 Oktober 2022.
Dikatakan Berbagai macam startegi dijalankan terutama instrumen skunder Partai Golkar. Baik itu infrastruktur Partai Golkar hingga melibatkan tim profesional untuk mendongkar elektabilitas sang ketua.
Seantero Indonesia dipenuhi aneka ruang publik Airlangga Hartarto sebagai capres Golkar 2024. Dari mulai spanduk, videotron hingga billboard. Tak terkecuali kerja-kerja door to door campaign. Aneka relawan dibentuk menyusuri rumah-rumah warga mensosialisasikan sang Ketua umum sebagai capres Partai Golkar. Bahkan kegiatan sosialiasi Airlangga masih berjalan hingga saat ini.
"Kerja-kerja yang tergolong cukup massif dan panjang, mestinya linear dengan target yang ingin dicapai. Ya, secara primer harusnya elektabilitas sang Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto sudah berada dalam klaster capres papan atas. Namun faktanya dibanyak lembaga survei nasional yang kredibel, elektabilitas Airlangga tak pernah sekalipun masuk diposisi tiga besar, "paparnya.
Lanjut dia, tiga tokoh yang Konsisten saat ini yakni Anies Rasyid Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo saja yang berada dalam klaster papan atas. Sedangkan Airlangga Hartarto konsisten pula berada dalam klaster capres papan bawah. Tentu pekerjaan yang amat berat dan melelahkan. Apalagi sosok Airlangga diperhadapkan oleh kondisi saat ini, cukup banyak publik sudah menentukan pilihannya. Tak jarang kader Golkar mensosialisasikan Airlangga Hartarto diperhadapkan oleh realita politik. Penolakan sosok Airlangga sebagai capres makin meningkat.
"Bagaimana dengan Golkar?. Yang mesti dipahami, Golkar adalah partai mapan. Partai besar dengan aneka ujian politik yang pernah ia lalui. Pasca reformasi hingga saat ini, Partai berlambang pohon beringin ini kuat menghadapi aneka pertarungan Politik nasional bukan karena faktor ketokohan atau capresnya. Golkar kuat karena kekuatan infrastrukturnya.,"paparnya.
Terakhir, Alumni UIN Alauddin Makassar ini, menyampaikan diberbagai hasil survei nasional. Walaupun golkar mengusung capres yang tak tinggi penerimaannya, tak tinggi pula elektabilitasnya, Golkar selalu berada dalam posisi partai tiga besar. Partai papan atas.
"Dan kejadian ini terus terulang dibeberapa pemilu lalu. Sekali lagi, Golkar bukanlah partai besar karena efek ekor jas. Golkar besar karena kekuatan infrastruktur yang dimiliki, " Tutupnya.
Sementata itu, Ketua DPD Golkar Bulukumba, Nirwan Arifudin yang dimintai tanggalan soal ini belum memberikan jawaban (faj)