Peringati HKN, Perhimpunan Mandiri Kusta Suarakan Stop Stigma

  • Bagikan

Oleh: Ardiansyah Eboe, Jurnalis Warga RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID

BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Komisariat Bulukumba berkolaborasi dengan Perhimpunan Mandiri Kusta (PerMaTa) Bulukumba dan Baznas Bulukumba menggelar kegiatan bakti sosial di wilayah kerja Puskesmas Bontobangun Kecamatan Rilau Ale, Selasa 15 November 2022. Dipilihnya lokasi ini berdasarkan hasil Intensive Case Finding (ICF) yang menunjukkan angka penemuan kasus baru yang sangat tinggi, yakni sebanyak 9 orang dalam kurun waktu 2 minggu. Angka ini menjadikan angka kasus kusta semakin besar di Kecamatan Rilau Ale. Berdasarkan data dari pengelola  Kusta tercatat 57,5% pasien kusta merupakan kelompok usia produktif, bahkan beberapa orang diantaranya adalah anak usia sekolah.

Kusta disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini dapat menular melalui percikan cairan dari saluran pernapasan (droplet), yaitu ludah atau dahak, yang keluar saat batuk atau bersin. Kusta umumnya dapat ditangani dan jarang menyebabkan kematian. Namun, penyakit ini berisiko menyebabkan disabilitas. Akibatnya, orang yang sedang dan pernah mengalami kusta berisiko mengalami diskriminasi yang dapat berdampak pada kondisi psikologisnya.

Peranan PAEI atau kontribusi kerja epidemiologi sebagai upaya eliminasi dengan memutus rantai penularan dengan menghilangkan agent dari hostnya. Upaya pengendalian dapat dilakukan seperti halnya penanganan COVID-19 melalui mekanisme testing, tracing dan treatment yang optimal. 

Pada kegiatan ini Baznas Bulukumba menyiapkan 30 paket sembako yang dibagikan secara door to door ke pasien kusta dan orang yang pernah mengalami kusta. Kunjungan ke rumah pasien kusta menunjukkan kepedulian dengan memberi motivasi agar pasien secara rutin meminum obat kusta yang diberikan secara gratis oleh pengelola puskesmas.

Kusta adalah penyakit menahun yang dapat disembuhkan dengan pengobatan yang disebut Multi Drugs Treatment (MDT). Tetapi permasalahan stigma dan perlakuan diskriminatif dari banyak orang terhadap penyakit kusta dan terhadap orang yang pernah mengalami kusta masih sangat tinggi. Banyak masyarakat yang masih beranggapan bahwa kusta adalah penyakit akibat kutukan. Penyakit yang disebabkan oleh guna-guna dan atau penyakit yang disebabkan karena keturunan. "Bahkan ada yang menganggap penyakit kusta tidak dapat disembuhkan,"

Stigma dari dalam diri sendiri juga menjadi momok bagi orang yang sedang dan pernah mengalami kusta. Mereka menjadi minder, tidak mau bergaul dan mengucilkan diri.  

Hal inilah yang menggugah PerMaTa Bulukumba untuk terlibat memberikan dukungan kuat dan motivasi bagi pasien yang dikunjungi. Cara PerMaTa Bulukumba memotivasi dan merangkul pasien kusta bersama tenaga Kesehatan  dirasakan lebih efektif, persuasif ke pihak keluarga juga dilakukan.

Dukungan keluarga tak kalah pentingnya sebagai orang terdekat mereka, penyakit kusta sudah seharusnya tidak dianggap aib keluarga karena tidak ada manusia yang menginginkan terkena kusta, tetapi yang harus dilakukan keluarga memberikan dukungan dan membantu keluar dari tekanan psikologisnya agar orang yang sedang dan pernah mengalami kusta tidak mengstigma dirinya.

Kusta memang dapat menular melalui percikan ludah atau dahak yang keluar saat batuk atau bersin dari orang sedang mengalami kusta yang belum berobat. Meski demikian penyakit kusta tidak menular ke orang lain dengan mudah kecuali ada kontak erat yang lama. Seseorang tidak akan tertular kusta hanya karena bersalaman, duduk bersama, atau bahkan memeluk orang yang sedang mengalami kusta. Sedangkan orang yang sudah berobat kusta tidak dapat menularkan kusta karena bakteri kusta dalam tubuhnya sudah tidak ada.
Ingat ! Kusta bisa sembuh tanpa mengalami disabilitas dengan berobat secara dini.

Ayo Stop Stigma dan Diskriminasi Kusta !!

Selamat Hari Kesehatan nasional, Bangkit Indonesiaku sehat negeriku. (rs)

  • Bagikan