Raih Malam Lailatul Qadar, Apakah Harus I’tikaf di Masjid?

  • Bagikan

RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- I'tikaf menjadi amalan yang kerap dianjurkan pada malam Lailatul Qadar. Tetapi, untuk meraih malam Lailatul Qadar, apakah harus i'tikaf di masjid?
I'tikaf adalah ibadah yang dicirikan dengan berdiam diri di dalam masjid. Berdiam diri merujuk pada tidak keluar masjid karena sibuk melakukan amalan saat i'tikaf seperti ibadah wajib dan sunnah.

Pengamalan i'tikaf telah dijelaskan dalam Al-Qur'an surah Al Baqarah ayat 187. Allah SWT berfirman,

ثُمَّ أَتِمُّوا۟ ٱلصِّيَامَ إِلَى ٱلَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَٰشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَٰكِفُونَ فِى ٱلْمَسَٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ ٱللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ ءَايَٰتِهِۦ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

Artinya: "Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa."

Selain itu, pengamalan i'tikaf pada malam Lailatul Qadar didasarkan dari hadits yang diceritakan Aisyah RA. Dikisahkan, Nabi Muhammad SAW melakukan i'tikaf selama 10 hari terakhir bulan Ramadan. Berikut haditsnya,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ اْلعَشَرَ اْلأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ. [رواه مسلم]

Artinya: "Nabi SAW melakukan i'tikaf pada hari kesepuluh terakhir dari bulan Ramadan, (beliau melakukannya) sejak datang di Madinah sampai beliau wafat, kemudian istri-istri beliau melakukan i'tikaf setelah beliau wafat." (HR Muslim)

Pada dasarnya, Abu Maryam Kautsar Amru dalam Memantaskan Diri Menyambut Bulan Ramadhan berpendapat, i'tikaf bukanlah syarat untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar. Semua manusia berkesempatan menemui malam penuh kemuliaan tersebut dengan beribadah pada malam-malam tersebut.

Berpendapat serupa, Ahmad Zarkasih, Lc dalam buku Nawaitu Shauma Ghadin Adakah Dalilnya mengatakan, ibadah yang dilakukan pada malam Lailatul Qadar tidak terbatas hanya i'tikaf. Sebab, syarat utama meraih malam Lailatul Qadar tetaplah ibadah pada malam tersebut.

"Ibadah tidak harus i'tikaf. Bahkan pandangan yang mahsyur dan diamalkan juga bahwa salat tarawih di malam itu sudah cukup untuk dikatakan ibadah yang bisa mengantarnya meraih malam mulia," demikian keterangan Ahmad Zakarsih.

Keterangan ini didukung dari jawaban Ad-Dhahaak yang pernah ditanya oleh Juwaibir dalam Al Lathaif Al Ma'arif. Juwaibir bertanya mengenai cara bagaimana wanita haid menghidupkan malam Lailatul Qadar.

أرأيت النفساء و الحائض و المسافر و النائم لهم في ليلة القدر نصيب ؟ قال : نعم كل من تقبل الله عمله سيعطيه نصيبه من ليلة القدر

Artinya: "Bagaimana pendapatmu dengan wanita nifas, haid, musafir, dan orang yang tidur (namun hatinya dalam keadaan berzikir), apakah mereka bisa mendapatkan bagian dari Lailatul Qadar?"

Ad-Dhahaak pun menjawab, "Iya, mereka tetap bisa mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, dia akan mendapatkan bagian malam tersebut." (Al-Lathaif Al-Ma'arif: 341)

Selain itu, malam kemuliaan Lailatul Qadar masih dapat diraih muslim tanpa melakukan i'tikaf di masjid juga diamini oleh Ustaz Adi Hidayat. Menurut penuturannya, malam Lailatul Qadar masih dapat diraih saat beribadah di rumah.

"Syarat mendapatkan kemuliaan tidak terikat mendapatkan tempat di masjid. Tapi lebih kepada bagaimana menghidupkan malamnya dan menghadirkan suasana yang sekiranya kita maksimalkan untuk menunaikan ibadah kepada Allah SWT," katanya, dilansir  detikcom, Selasa (11/4/2023).

Lebih lanjut, Ustaz Adi Hidayat mengatakan, syarat meraih malam Lailatul Qadar tidak terikat dengan masjid. Sebaliknya, syaratnya lebih terikat pada amalan yang dikerjakan di malam itu.

"Jadi syarat mendapatkan kemuliaan tidak terikat mendapatkan tempat di masjid tapi lebih kepada bagaimana menghidupkan malamnya dan menghadirkan suasana yang sekiranya kita maksimalkan untuk menunaikan ibadah kepada Allah SWT," terang dia.

Amalan lain yang dapat dilakukan selain i'tikaf untuk menghidupkan malam Lailatul Qadar adalah mendirikan salat, membaca doa Lailatul Qadar, hingga memperbanyak istigfar pada waktu sahur. Wahbah Az-Zuhaili dalam Fiqih Islam Wa Adillatuhu mengatakan, disunahkan untuk menghidupkan malam sepuluh terakhir bulan Ramadan dengan memperbanyak membaca istigfar dengan membaca sayyidul istigfar.(bs)

  • Bagikan

Exit mobile version