Film Teori Cakrawala Siap Tayang, Guru Juga Punya Obsesi, Asa dan Cinta

  • Bagikan

JAKARTA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Satu lagi film tentang pendidikan akan hadir di layar lebar. Judulnya Teori Cakrawala. Film ini produksi PH Filosofi Dunia Khayalan yang sejak 2017 sudah membuat beberapa reality show dan 4 buah film.

Stefani Inna Rukuta selaku Eksekutif Produser film ini mengatakan Film Teori Cakrawala akan tayang 5 Oktober 2023 di bioskop tanah air.

"Karya ke-4 ini raih banyak kemudahan dan difasilitasi Pemkab Jember. Ini sebuah film tentang pendidikan di kota tersebut yang diselingi adegan percintaan," ujarnya.

Stefani sebut film ini bernarasi perspektif sosok guru dengan cara mengajarnya. Juga, bagaimana kita menempatkan diri ketika prinsip yang kita pegang teguh harus bersentuhan dengan kenyataan sesungguhnya dan kita harus bisa mengakui itu sebagai kebenaran.

"Guru Cakra adalah realitas sesungguhnya. Jadi kita sepakat dengan tagline #GuruJuga Manusia yang punya obsesi, asa dan cinta," ucapnya sumringah sambil memanjangkan asa untuk tetap berkomitmen produksi film yang inspiratif.

Adapun line up pemain Teori Cakrawala adalah Elissa Knapp berperan sebagai Guru Cakrawala, Rizky Mickey sosok muda Rajasa sebagai penduduk lokal, Awan Rambaho sebagai Awan dan Agnes Rambaho sebagai sahabat Cakra.

Ivan Oche didapuk sebagai sutradara dengan skenario ditulis apik Goetheng Ibnu Akhim.

Sinopsis
Ken Arina Cakrawala biasa disapa Cakra. Ia mendapat perintah tugas untuk menjadi salah satu guru sekolah keliling yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Jember.

Berbeda dari Guru-guru yang lain, Cakra menerima tugas ini dengan penuh semangat.

Ketika Cakra sampaikan soal tugas ini kepada kedua orang tuanya, Cakra harus sedikit berdebat dengan Ayahnya, PAK SYA’RONI, terutama tentang waktu yang pasti tidak akan sama dengan jika Cakra mengajar di sekolah biasa. Tapi setelah Cakra dapat dukungan dari Ibunya, BU SITI PERTIWI, Cakra bisa meyakinkan Ayahnya.

Hari pertama mengajar, Cakra langsung bertemu masalah. Pertama, Cakra melihat Guru lain memaksakan pola standar belajar mengajar yang konservatif, monoton dan membosankan, seperti ketika mengajar dalam sebuah kelas. Kedua, ada Guru yang terpaksa melakukan tugas hanya karena mengejar kondite, maka berlaku suka-suka. Ketiga, respon murid-murid yang tidak antusias mengikuti pelajaran.
Diam diam ada seorang relawan bernama RAJASA, yang selama berjalannya program ini adalah seorang penduduk local yang mempunyai pendidikan sudah sampai S2 dan sudah lama memperhatikan Cakra. Rajasa diam-diam menyukai Cakra. Melihat Cakra patah arang, Rajasa menantang harga diri Cakra sebagai Guru. Rajasa tidak saja mengingatkan niat semula Cakra tapi juga mempertanyakan kemampuan Cakra, jangan seperti tong kosong nyaring bunyinya. Kalau memang Cakra punya sesuatu untuk mengatasi masalah itu, lakukan dan buktikan. Buat mata mereka terbuka.
Cakra tersinggung oleh cara Raja berkata yang begitu lugas, tanpa tedeng aling-aling, tanpa berpikir Cakra akan sakit hati atau tidak. Tapi justru cara Raja ini seperti membakar lagi semangat Cakra.

Cakra jadi bertekad untuk membuktikan bahwa dirinya tidak hanya berani protes, tapi memang punya ide dan solusi mengajar yang bisa dipertanggung jawabkan.

Ide Cakra mengajak murid-murid belajar di alam terbuka mendapat respon yang bagus dari para murid. Yang paling real, murid murid tampak berkembang pemahamannya atas setiap pelajaran yang mereka terima. Murid-murid selalu antusias setiap kali diajar oleh Cakra.

Usaha Rajasa untuk menyelamatkan Cakra membuat kesan yang mendalam. Cakra bersedia membuka hatinya untuk Raja.

Tapi, bersamaan dengan niat itu Raja pamit, dia harus kembali ke Belanda untuk melanjutkan studi S3-nya yang sempat tertunda karena pandemi.

Cakra terkejut, bahwa sudah setinggi itu pendidikan Raja. Dan ternyata menjadi sopir para Guru
sebenarnya hanya untuk mengisi waktu selama ia pulang ke Jember. ***

  • Bagikan