Banjir Bulukumba Indikasi Kerusakan Lingkungan dan Dampak Perubahan Iklim

  • Bagikan
Banjir di Desa Singa, Kecamatan Herlang, Kamis, 9 Mei 2024

BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Banjir melanda tiga kecamatan di Kabupaten Bulukumba yakni Kecamatan Herlang, Kecamatan Kajang, dan Kecamatan Ujung Loe, Kamis, 9 Mei 2024, itu dianggap sebagai dampak kerusakan lingkungan dan perubahan iklim.

Plt. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bulukumba, Andi Zulkifli Indrajaya mengungkapkan bahwa banjir di tiga kecamatan disebabkan oleh meluapnya air sungai.

"(Banjir) karena luapan air di sungai yang disebabkan intensitas hujan yang tinggi," ungkap pria yang akrab disapa Andi Kifli tersebut.

Andi Kifli menguraikan, banjir di Kecamatan Herlang disebabkan oleh meluapnya air di sungai Mallombong, sementara di Kecamatan Ujung Loe disebabkan oleh sungai Dampang Liku.

Beruntung banjir tidak berlangsung lama, sehingga menurut Andi Kifli tidak ada warga yang diungsikan. "Tdk diungsikan karena air langsung surut setelah hujan reda," ujar Andi Kifli.

Banjir yang melanda tiga kecamatan tersebut diindikasi merupakan dampak dari kerusakan lingkungan baik di sekitar lokasi kejadian maupun di daerah hulu.

Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Bulukumba, Andi Uke Indah Permatasari, luapan air sungai sering kali merupakan dampak dari kerusakan lingkungan.

Pertama deforestasi, Andi Uke menjelaskan, penggundulan hutan secara besar-besaran dapat mengurangi kemampuan hutan untuk menyerap air hujan.

Tanah yang tidak tertutup oleh vegetasi akan lebih rentan terhadap erosi, yang dapat menyebabkan peningkatan aliran air ke sungai dan meningkatkan risiko banjir.

"Apa lagi di Herlang itu kan banyak juga lahan kosong dan penebangan pohon karena penjualan kayu, ini yang belum dipahami masyarakat bahwa pohon itu dapat mengurangi banjir karena dapat menyerap air hujan dan mengikat air di dalam tanah," terangnya.

Perubahan Iklim, Andi Uke memaparkan perubahan iklim dapat menyebabkan peningkatan intensitas dan frekuensi hujan ekstrem, yang dapat mengakibatkan luapan sungai.

"Peningkatan suhu permukaan laut juga dapat meningkatkan kelembaban udara dan potensi terbentuknya badai tropis yang memicu banjir," katanya.

Serta penurunan kualitas tanah. Kerusakan lingkungan seperti pencemaran tanah dan air dapat mengurangi daya serap tanah dan menyebabkan penurunan kualitas tanah. Hal ini dapat mengakibatkan tanah menjadi keras dan tidak dapat menyerap air dengan baik, sehingga meningkatkan aliran permukaan air ke sungai.

Sebagai upaya antisipasi, menurut Andi Uke pihaknya telah berkoordinasi dengan pemerintah setempat untuk melakukan penanaman bibit pohon di titik-titik yang dianggap kritis.

"Kemrin pak camat sudah koordinasi untuk memasukkan permohonan bantuan bibit pohon untuk dilakukan penanaman pohon di sana," tukas Andi Uke. ****

  • Bagikan