Festival Sawah; Penghargaan Terhadap Petani Melalui Karya Seni

  • Bagikan
Salah satu pertunjukan tari yang ada di Festival Sawah yang digelar Sanggar Seni Al Farabi.
BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID – Sanggar Senin Al Farabi kembali menghadirkan karya lewat Festival Sawah 2022. Seperti namanya, pertunjukan seni digelar di tengah hamparan sawah di Desa Tanah Harapan, Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 10 Juni sampai 12 Juni 2022.
Festival Sawah merupakan festival seni yang digelar di tengah sawah dan menampilkan karya-karya seni dari berbagai kelompok kesenian di Bulukumba, Selayar dan Makassar. Mulai tari hingga musik akustik modern dan tradisional.

Salah satu penampilan seni yang paling mengundang decak kagum yakni tarian di tengah sawah yang memperagakan petani melakukan aktivitas sehari-hari.

Dimulai dari Ichdar menari sambil membersihkan saluran air persawahan, di ikuti oleh Erna dan tiga perempuan lainnya dengan gemulai menari di tengah sawah seolah sedang menanam padi namun dilakukan dengan gerakan penuh makna.

Tarian itu diiringi dengan musik tradisional dan sajak yang dibawakan penyair dan musisi di atas panggung berbentuk segitiga.
Tarian yang diciptakan oleh Ichdar Al-Farabi dan kawan-kawanya itu bahkan belum diberikan nama. "Itu hanya performance dalam acara ini," kata Ichdar saat ditanya apa nama tarian yang baru saja ia bawakan.

Ichdar secara tersurat tidak menjelaskan apa makna dari tarian di tengah sawah tersebut, namun secara tersirat tersampaikan bahwa tarian itu menunjukkan bagaimana petani memulai proses penggarapan sawah dan menyatu dengan alam.

Selain itu, tarian itu menunjukkan penghormatan dan rasa bahagia atas kekayaan yang Tuhan berikan kepada manusia khususnya kepada petani.

Ichdar dan Erna memang piawai dalam mencetuskan konsep tari. Selain mengandung pesan-pesan menjaga bumi dan seisinya, juga ada nilai-nilai spiritual dan pelajaran menghargai alam dan penciptanya.

Selain panggung tari dan musik, pada Festival Sawah itu juga diisi dengan pameran karya seni, mulai dari pameran senjata tradisional jenis badik, pameran bonsai, dan pameran sepeda onthel.

"Kami selalu berusaha memberikan panggung bagi pelaku-pelaku kesenian," kata Ichdar soal komitmennya dalam eksistensi kesenian di Kabupaten Bulukumba.

Sanggar Seni Al-Farabi sendiri berdiri pada 2007 silam, dan hingga saat ini Al-Farabi eksis dan menjadi kebanggaan bukan saja bagi keluarga Ichdar dan istrinya bahkan bagi seluruh masyarakat Kabupaten Bulukumba.

Al Farabi mementaskan seni khususnya tari bukan saja di Kabupaten Bulukumba atau di Sulawesi. Ia dan timnya sudah beberapa kali  tampil di luar provinsi bahkan pernah di luar negeri.

'Pajaga Lino' salah satu tarian karya Al-Farabi yang telah mendunia, tari tersebut pernah dipentaskan di Singapura pada 2015 silam.

Sebelum pentas di Singapura, 'Pajaga Lino' ini  dipentaskan di Srawung Seni Segara Gunung, Sragen, Jawa Tengah tahun 2013.

Selain 'Pajaga Lino' karya dari Ichdar dan kawan-kawan yang tidak kalah terkenalnya 'Spirit of Bahine Kajang' yang juga telah dipentaskan di berbagai panggung di seluruh Indonesia.

Tidak hanya berkarya, namun Sanggar Seni Al-Farabi terus melakukan kaderisasi, merekrut anak-anak muda yang nantinya akan meneruskan jejak berkesenian Ichdar dan Erna. (ewa)
Foto: Tarian di tengah sawah oleh Al Farabi pada kegiatan Festival Sawah di Desa Tanah Harapan, Kecamatan Rilau Ale.


     

  • Bagikan