Lebih Dekat dengan Akhmad Sekhu, Sastrawan dengan Semangat Tak Pernah Pudar

  • Bagikan
Akhmad Sekhu

JAKARTA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Dunia kepenulisan tampaknya sudah menjadi panggilan hidupnya, pekerjaannya, mata pencaharianya. Bahkan sudah mendarah daging bagi Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan, asal daerah ngapak Tegal.
Akhmad Sekhu sekarang ini merasa hidup penuh berkah umur panjang karena telah diberi umur panjang sampai setengah abad lebih, dan ia akan tetap semangat untuk menggeluti dunia kepenulisan yang telah membesarkan namanya.
“Alhamdulillah, saya merasa hidup penuh berkah telah diberi umur panjang sampai setengah abad lebih, “ tutur Akhmad Sekhu penuh rasa syukur, kepada wartawan, Kamis (25/5/2023).
Lebih lanjut, lelaki kelahiran Tegal, 27 Mei 1971 ini menerangkan dirinya akan tetap semangat untuk menggeluti dunia kepenulisan.
“Semoga saya tetap bisa berkarya, “ ungkap Pemenang Favorit Pembaca di Sayembara Mengarang Puisi Teroka-Indonesiana "100 Tahun Chairil Anwar" (2022) tampak begitu penuh semangat.
Menurut Akhmad Sekhu, fase-fase dalam hidupnya memang tak lepas dari dunia kepenulisan yang diseriusi 30 tahun lebih.
“Waktu yang cukup panjang dan saya sangat mensyukurinya, “ beber suami dari Wanti Asmariyani dan ayah dari dua anak, Fahri Puitisandi Arsyi dan Gibran Noveliandra Syahbana.
Fase-fase dalam hidupnya, kata Akhmad Sekhu, mulai dari sekolah SD, dimana ia sakit dan harus berobat jalan sehingga tidak diperbolehkan banyak bergerak jadi tidak mengikuti pelajaran olahraga di sekolahnya.
“Karena tidak diperbolehkan banyak bergerak, maka saya banyak membaca, mulai dari buku, majalah,sampai komik, “ kenangnya.
Akhmad Sekhu mengaku masih ingat komik yang dibacanya, antara lain, serial Deni Manusia Ikan, hingga komik wayang Mahabharata karya RA Kosasih.
“Saya terima kasih kepada RA Kosasih, berkat komik Mahabharata karangannya, saya dapat mengenal dunia pewayangan, “ paparnya.
“Episode Mahabharata yang paling saya suka adalah saat Bisma terbaring di atas panah-panah, sungguh sangat menyentuh, kita perlu belajar dari Bisma tentang kecintaannya pada Tanah Air yang begitu sangat besar, “ imbuhnya penuh haru.
Akhmad Sekhu menyampaikan saat sekolah SMP minatnya pada dunia kepenulisan semakin berkobar. Ia rajin mengirimkan puisi-puisinya ke acara Taman Puisi di Radio RSPD Kodya Tegal yang diasuh Mameth Suwargo.
“Di sekolah SMP N 2 Kramat, alhamdulillah nilai pelajaran mengarang saya bagus sekali sehingga menjadi anak emas Bu Guru Bahasa Indonesia Titi Budi Nurani, “ ungkapnya bangga.
Kemudian, menginjak masa remaja, lanjut Akhmad Sekhu, saat SMA Pancasakti Tegal, puisinya berjudul ‘Sajak untuk Sebentuk Cinta’ dimuat di rubrik puisi Majalah Ceria Remaja yang diasuh oleh ‘Presiden Penyair’ Sutardji Calzoum Bachri.
“Yang menyerahkan wesel honor puisi adalah Bapak Kepala Sekolah, yang memuji saya selangit karena katanya telah mengharumkan nama sekolah, tapi Bapak Kepala Sekolah juga mengkritik saya karena sekali membolos sekolah, “ kenangnya terbahak.
Saat kuliah di Yogyakarta, tepatnya di Universitas Widya Mataram Yogyakarta, Akhmad Sekhu bersama teman-teman sekampus mendirikan Kelompok Sastra Mangkubumen (KSM) dan bersama sastrawan-sastrawan muda seperjuangan di luar kampus mendirikan Hismi (Himpunan Sastrawan Muda Indonesia) yang pada awal mendirikan cukup menggegerkan dunia sastra Yogyakarta karena akan turut nimbrung sebuah majalah yang sangat bersejarah, sehingga dianggapnya akan ‘kudeta’ terhadap eksistensi seorang sastrawan senior.
“Tapi setelah itu, Hismi dipercaya menjadi bagian dari Panitia Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) dengan menerbitkan sebuah buku sastra berisi puisi dan cerpen, “ uraiannya.
Akhmad Sekhu merasa beruntung karena berkat puisi ia dapat bertemu langsung dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X.
“Saya menerbitkan buku ‘Cakrawala Menjelang’ yang mendapat sambutan khusus Sri Sultan Hamengku Buwono X, sungguh sebuah kehormatan bagi saya pribadi dapat bertemu langsung dan bicara empat mata dengan beliau, “ ujarnya dengan wajah berbinar-binar.
Setelah lulus kuliah, Akhmad Sekhu langsung merantau ke Jakarta dan bergaul dengan banyak seniman di Taman Ismail Marzuki (TIM). Ada moment yang baginya sangat berharga karena ia bersama para seniman TIM diundang khusus ke rumah sastrawan legendaris, Pramoedya Ananta Toer. Kesempatan yang sangat langka dapat bertemu langsung dan menginap di rumah sastarawan kebanggaan Indonesia, yang dulu berulang kali dinominasikan Nobel Sastra, sebuah penghargaan sastra paling prestisius di dunia.
“Bercakap-cakap dengan Bung Pram yang nada bicaranya begitu sangat bersemangat, kita dimotivasi untuk tetap semangat berkarya, “ ungkapnya penuh semangat.
Ada sebuah quote dari Pramoedya Ananta Toer yang paling diingat Akhmad Sekhu yang membuatnya tetap semangat berkarya, yang berbunyi begini: “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Akhmad Sekhu mengaku tak berpuas diri dengan pencapaian karya-karyanya sekarang, beberapa naskah menjadi PR belum selesai dikerjakan, di antaranya novel yang berlatar sejarah Reformasi dan novel sejarah tentang RA Kardinah, adik RA Kartini, pejuang kemanusiaan, yang mendirikan Rumah Sakit Kardinah di Tegal, tanah kelahirannya.
“Masih banyak PR dalam dunia kepenulisan yang harus saya kerjakan, semoga diberi umur panjang dan berlimpah rezeki karena perlu riset mendalam, sehingga saya bisa menerampungkan dua novel sejarah tersebut, “ tegasnya.
Obsesi Akhmad Sekhu, ia dapat mempersembahkan karya terbaik untuk masyarakat,
“Sebagai manusia, kita harus mau berusaha terus, dan saya ingin seumur hidup dapat berkarya terus, “ pungkas Akhmad Sekhu optimis.*

Profil Singkat Akhmad Sekhu
Nama : Akhmad Sekhu
Lahir : Tegal, 27 Mei 1971
Pekerjaan : Wartawan, Sastrawan
Pendidikan :
SDN 3 Jatibogor, Suradadi, Tegal
SMPN 2 Kramat, Tegal
SMA Pancasakti, Tegal
Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Widya Mataram Yogyakarta
Pasangan: Wanti Asmariyani
Anak:

  • Fahri Puitisandi Arsyi
  • Gibran Noveliandra Syahbana

Karya:

  • Penyeberangan ke Masa Depan (kumpulan puisi, Penerbit Yayasan Sastra Gading, 1997)
  • Cakrawala Menjelang (kumpulan puisi, Penerbit Yayasan Aksara Indonesia, 2000)
  • Jejak Gelisah (novel, Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo) Gramedia Group, 2005),
  • Chemistry (novel, Penerbit Bubble Books, 2018),
  • Pocinta (novel, Penerbit Prabu21, 2021).
  • Memo Kemanusiaan (kumpulan puisi, Penerbit Balai Pustaka, 2022)

Penghargaan:

  • Lomba Cipta Puisi Perguruan Tinggi se-Yogyakarta (1999),
  • Penulis Terbaik “Suara Mahasiswa” di Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta (1999),
  • Pemenang Lomba Mengarang Pahlawan Nasional Mohammad Husni Thamrin (2004),
  • Pemenang Favorit Lomba iB Kompasiana Blogging Day (2010),
  • Pemenang Media Writing Competition Review Film “Laura & Marsha” (2013),
  • Pemenang Cerpen Festival Fiksi Anak (2013),
  • Pemenang Lomba Sinopsis Film Omnibus Laki-Laki Lelaki (2014),
  • Pemenang Penulisan berita Moxplay (2017),
  • Pemenang Penulisan berita Superbrands (2017),
  • Pemenang Penulisan berita SC Johnson Gelar Nobar Film ‘Kartini’ bersama 500 Guru dan Dian Sastrowardoyo (2017),
  • Pemenang Favorit Sayembara Mengarang Puisi Teroka-Indonesiana "100 Tahun Chairil Anwar" (2022).
  • Bagikan