Mantan Rektor UMI Dr Mokhtar Noorjaya Meninggal Dunia di RS Ibnu Sina

  • Bagikan
Prof Mokhtar Noor Jaya

MAKASSAR, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID — Mantan Rektor Universitas Muslim Indonesia (UMI) yang sekaligus mantan Ketua Yayasan Wakaf UMI Makassar, Dr. (HC). H. M. Mokhtar Noorjaya meninggal dunia.

Mokhtar Noorjaya meninggal karena sakit saat dirawat di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Yayasan Wakaf UMI Makassar. Prof Mokhtar menghembuskan nafas terakhir  pada pukul 04.57 WITA, Rabu, (29/11/2023).

Prof Mokhtar  meninggal dunia  di usia 77 tahun.  Selama beberapa waktu terakhir memang almarhum mengalami sakit dan rutin menjalani pengobatan.

Bahkan karena kondisinya itu, dia digantikan oleh sang istri Prof Masrurah Mokhtar memimpin Yayasan Wakaf UMI.

Mokhtar Noer Jaya merupakan Rektor ke-8 UMI yang menjabat pada periode 1994-1998.

Guru Besar Teknik Kimia UMI sekaligus mantan Dekan FTI UMI, Prof Dr Zakir Sabara H Wata turut menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Mokhtar Noer .

“Telah berpulang kerahmatullah, Orang Tua kita semua, Dr. (HC). H. M. Mokhtar Noorjaya, SE., M.Si (Mantan Rektor UMI dan Mantan Ketua Yayasan Wakaf UMI Makassar). Lahir 14 Agustus 1946 (77 Tahun). Pada Hari Rabu, 29 HNovember 2023, Pukul 04.57 WITA, Di RS Islam Ibnu Sina Yayasan Wakaf UMI Makassar,” tulis Prof Zakir  di media sosialnya, Rabu pagi.

Saat ini di rumah duka Jalan Racing Centre (Jalan Prof Abdurahman Basalamah) sudah dipenuhi karangan bunga dan ucapan duka dari kerabat. Para pelayat juga sudah berdatangan sejak subuh.

Anak-anak Dr Mokhtar Noor Jaya tampak tegar. Salah seorang putri almarhum, Yuliana Mokhtar menulis di story instagramnya sebuah catatan kecil untuk sang ayah. Catatan itu sepertinya ditulis pada saat-saat terakhir almarhum berjuang untuk bisa bertahan di ruang ICU.

“Bapak sayang, terima kasih sudah bertahan sejauh ini. Kami sayang Bapak. Kami gadis-gadis kecilmu sedang mengelilingimu. Mentalkinkan semampu kami.

Maafkan ka Bapak belum maksimal menjagamu. Terima kasih sudah memanjangkan usiamu, memberi kami kesempatan berbakti di hari tuamu.

Bapak sedang berusaha bernafas dengan saturasi yang naik turun. Kami yang sedari sore sudah bersiap dengan segala kemungkinan kini menghadapi satu kemungkinan yang niscaya bagi semua makhluk.

Bapak sedang dalam perjalanan menuju keabadian. Salamaki Bapak sayang. Kami ikhlas.

Bapak, at this moment, I love you more….

La basa thohurun, insya Allah”. (nad)

  • Bagikan