Memenuhi Kebutuhan Orang Miskin

  • Bagikan

Oleh: H. M Yusuf Shandy, Lc. 

Memenuhi kebutuhan para kaum dhuafa dan oang-orang miskin termasuk perbuatan mulia dan terhormat. Termasuk dalam hal ini penyandang disabilitas, lansia, janda tua dan semacamnya. 

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, Nabi Saw bersabda, "Orang yang berupaya sungguh-sungguh memenuhi kebutuhan para janda dan orang miskin laksana orang yang berjihad di jalan Allah atau laksana orang yang melaksanakan qiyamullail (shalat malam) di malam hari dan berpuasa di siang hari." HR. Bukhari. 

Demikianlah keutamaan yang dinerikan oleh Allah SWT bagi mereka yang senantiasa berupaya memenuhi kebutuhan orang-orang di sekitarnya. 

Keutamaan dan kemuliaan tersebut mudah diraih. Karena, jika Anda memperhatikan orang-orang di sekeliling Anda, bisa jadi wanita yang ditinggal suaminya (janda) itu masih tergolong kerabat atau keluarga Anda. Misal, tante, bibi atau justeru nenek Anda sendiri. 

Dengan berkhidmat dan berupaya memenuhi kebutuhan mereka, Anda berhak mendapat pahala besar: bagaikan orang yang shalat malam sepanjang malam dan puasa sepanjang hari. 

Abdullah, sebut saja namanya begitu, ia seorang karyawan dengan gaji pas-pasan. Ia mengalami masalah keuangan dan memiliki banyak utang. 

“Entah kapan aku bisa keluar dari permasalahan ini. Dari hari ke hari kehidupanku tidak berubah. Hal yang paling aku takutkan adalah utang-utangku yang semakin bertambah,” keluhnya suatu hari. 

“Meskipun kehidupan keluargaku harmonis dan istri bisa memahami keadaanku, namun utang-utang itu membuat kami tak nyaman. Suatu hari ketika hendak beristirahat, aku bertemu dengan seorang pemuda yang keadaannya sama denganku, bahkan lebih buruk,” imbuhnya. 

Biasanya ketika Anda mendengar musibah yang menimpa orang lain maka musibah Anda akan terasa ringan. 

Lebih lanjut ia bercerita, “Suatu hari aku berjumpa dengan seorang sahabat yang aku segani. Ketika aku bercerita tentang keadaanku, ia menyarankan untuk menyisihkan sejumlah uang gajiku untuk sedekah. 

Setelah sampai di rumah, aku menceritakan apa yang disarankan temanku kepada istriku.” 

“Cobalah, semoga Allah membukakan solusi untuk kita,” istriku mendukung. 

“Kalau begitu, aku akan menyisahkan 7,5 persen dari gajiku untuk sedekah.” 

Apa yang terjadi kemudian? “Demi Allah, setelah itu ada perubahan psikologis dalam hidup kami. Kehidupan kami terasa begitu indah. Tidak ada keluhan. Akupun menjadi optimis, meskipun masih punya utang. 

Setelah dua bulan, hidupku menjadi lebih teratur. Sebagian dari gajiku aku sisihkan untuk sedekah. Dan, Allah pun berikan keberkahan yang sebelumnya tak pernah aku rasakan.” 

Beberapa waktu kemudian, aku bertemu dengan salah seorang kerabatku yang bekerja di bidang investasi real estate. Jadilah aku pencari investor untuknya. Aku terus berusaha. Setiap kali menemui seorang investor, ia menunjukkan padaku calon investor lainnya. 

Alhamdulillah, akupun merasa semakin optimis, utang-utangku akan segera lunas dalam waktu dekat. Berapapun yang aku hasilkan, aku sisihkan sebagian untuk sedekah. Demikian salah satu cerita penuh makna yang dinukilkan oleh Syeikh Musthafa Ibrahim Haqqi dalam kitan Radd Al-Bala', Hal. 243. 

Rasulullah Saw bersabda, "Obatilah orang yang sakit diantara kalian dengan sedekah." Beliau Saw juga bersabda, "Allah akan senantiasa menolong seorang hamba, jika hamba itu senantiasa menolong saudaranya." (HR. Ahmad) (***)

  • Bagikan